Salin Artikel

Bupati Kulon Progo Tanggapi Penilaian Bandara NYIA Rawan Tsunami

Ia menegaskan, jika lahan bandara yang rencananya selesai dibangun pada 2019 itu melewati sejumlah kajian sebelum diajukan ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

"Pertama analisis dampak lingkungan sudah dilakukan dan studi kelayakan juga sudah dilakukan," kata Hasto kepada wartawan di Yogyakarta, kamis (3/8/2017).

Hasto menjelaskan, studi kelayakan lokasi NYIA di Kecamatan Temon sudah dilakukan sebelum terpilih menjadi lokasi bandara.

Menurutnya, ada tiga lokasi yang menjadi objek studi kelayakan yang diajukan pemerintah Kabupaten Kulon Progo ke Kemenhub untuk ditetapkan izin penetapan lokasi (IPL).

"Sebetulnya kajian itu sudah paling advance dan validitas tinggi sewaktu sebelum memutuskan bandara," tutur Hasto.

Adanya temuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menemukan jejak tsunami besar di selatan Jawa, sambung Hasto, belum berdasarkan kajian.

Sementara, studi kelayakan pada 2013 sudah berdasarkan hasil kajian yang dilakukan secara menyeluruh dan merupakan data yang termutakhir.

"Kalau studi kelayakan dulu itu komprehensif sekali. Membandingkan dengan Bantul dan tempat lain kemudian sepanjang pantai sampai Cilacap dibandingkan. Makanya Kami merasa yang paling sahih studi kelayakan itu," kata Hasto.

Hasto pun meyakini, pihak yang akan membangun bandara juga akan melakukan upaya pengurangan risiko bencana seperti yang dilakukan BPBD Kulon Progo di sepanjang pantai.

Sebab, pembuatan gumuk pasir atau vegetasi yang membentengi lahan bandara sudah tidak mungkin dilakukan.

"Tidak memungkinkan juga karena bandara diuruk lebih tinggi dari gumuk pasir. Jadi mungkin urukan ini juga bagian dari mitigasi bencana. Uruknya tujuh meter sehingga di atas gumuk pasir," tutupnya.

https://regional.kompas.com/read/2017/08/03/11103281/bupati-kulon-progo-tanggapi-penilaian-bandara-nyia-rawan-tsunami

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke