Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Anak Asal Papua Dievakuasi dari Tempat Penampungan Ilegal

Kompas.com - 20/02/2017, 17:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Tujuh anak dari Timika, Papua, dievakuasi dari tempat penampungan ilegal di Jalan Intisari Raya, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Jumat (17/2/2017). Mereka diperlakukan tidak layak dan sering mengalami kekerasan fisik ataupun intimidasi.

Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, Minggu (19/2/2017), dalam jumpa pers di kantor Komnas Perlindungan Anak, mengatakan, keempat anak itu, M (13), K (10), Y (7), dan Y (5), sudah dijemput keluarganya dan akan pulang ke Timika pada Minggu malam.

Tiga anak lainnya, yakni Y (9), JH (7), dan CR (5), masih dicari orangtua dan alamatnya. Komnas Perlindungan Anak berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Mimika dan kepolisian untuk menemukan orangtua anak-anak tersebut.

Menurut Arist, orangtua mereka menyerahkan anaknya kepada orang yang mengaku biarawati berinisial SK (35) dengan janji akan disekolahkan di Jakarta. Ketujuh anak tersebut meninggalkan Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, secara bertahap yang dimulai sekitar dua tahun lalu. SK diperiksa di Polres Metro Jakarta Timur.

Dikelola individu

Arist mengatakan, awalnya Komnas Perlindungan Anak mendapat laporan dari warga sekitar. Kemudian diketahui tempat penampungan itu dikelola individu dan tidak berstatus hukum. Anak-anak tersebut kerap telantar dan dikunci di dalam rumah. Bahkan, karena lapar, ada anak yang kabur dari rumah untuk mengambil roti di warung. "Anak-anak dijanjikan akan disekolahkan, ternyata hanya sekolah di rumah tanpa ada guru," katanya.

Arist mengungkapkan, orangtua anak-anak tersebut masih memberikan uang untuk biaya sekolah kepada SK. Namun, SK diduga memanfaatkan anak-anak tersebut untuk meminta sumbangan ke mana-mana dengan menyebut mereka anak yatim piatu. "Ini adalah eksploitasi terhadap anak," katanya.

Janua, paman korban, mengatakan, kalau tidak patuh, anak-anak diancam tidak diberi makan, diancam minum air pel, atau diancam akan didatangi orang asing. Mereka kurang makan dan tidak terjaga kebersihan badannya. "Mereka ada yang dipukul dan dibenturkan kepalanya. Ada yang disuruh membuka mulut dalam waktu lama dengan lidi di dalam mulutnya," kata Janua.

Yunita Dimara (31), orangtua anak-anak tersebut, mengatakan, dirinya jarang berkomunikasi dengan anaknya ataupun dengan SK. "Komunikasi dengan SK jarang karena nomornya sulit dihubungi. Paling telepon dua bulan sekali," kata Yunita.

Menurut Yunita, warga Timika percaya kepada SK karena dia sering datang ke Timika. Warga percaya karena anak-anak dari Timika yang sekolah di Jakarta hidupnya sukses. Yunita hanya diminta mengisi formulir sebelum menyerahkan anaknya.

"Masyarakat Papua jangan cepat percaya bujuk rayu dan janji, apalagi orang tanpa identitas jelas," kata Arist. (WAD)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Februari 2017, di halaman 15 dengan judul "Tujuh Anak Papua Dievakuasi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com