Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mampir di Gang Honda, Gang Yamaha, hingga Gang Mercedes di Bandung

Kompas.com - 27/01/2017, 07:00 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Bocah berseragam sekolah dasar (SD) lalu-lalang di sebuah gang selebar sekitar dua meter. Ada yang bermain sepeda, ada juga lincah mengayuh sepeda.

Jeritan suara mereka memecah keheningan di sebuah area pemukiman warga di Jalan Sukabumi Dalam, Kecamatan Batununggal, Bandung. Tak ada yang berbeda dengan suasana pemukiman pada umumnya.

Namun, penamaan gang dengan merek kendaraan di perkampungan tersebut kerap menarik perhatian warga asing yang melintas.

Dari pantauan Kompas.com, ada 12 gang dengan merek pabrik otomotif, antara lain Gang Opel, Mercedes, Daihatsu, Holden, Impala, Fiat, Morris, Yamaha, Suzuki, Honda, Kawasaki, dan Panser.

Kawasan pemukiman itu tampak bersih. Rumah-rumah dibangun sangat tertata mirip kavling di komplek perumahan. Pekat aspal hitam menghampar di hampir tiap lekuk gang yang memilik lebar bervariatif. Setiap gang terkoneksi satu sama lain. Di tiap beranda rumah, selalu terpajang pot bunga untuk menambah kesan hijau.

KOMPAS. com/DENDI RAMDHANI Gang Honda di Jalan Sukabumi Dalam, Bandung
Asep Budi (47), warga RT 05 RW 6 Kelurahan Kacapiring, Kecamatan Batununggal, menuturkan, penamaan gang dengan merek kendaraan sudah ada sejak tahun 1970-an. Namun, banyak versi sejarah soal asal mula penamaan gang tersebut.

"Saya kurang begitu tahu sejarahnya, tapi dulunya di sini banyak bengkel besar. Bekas kantor DPRD sekarang itu dulunya bengkel, di Gedung Dharma Wanita juga dulunya bengkel Damri, nah satu lagi bengkel militer (Paldam). Itu mungkin sejarah yang cukup masuk akal," ucap Asep saat ditemui di kediamannya.

Pada tahun 1988, Asep menempati sebuah rumah di kawasan tersebut. Dia menuturkan, penamaan gang dengan merek kendaraan memudahkan orang lain mencari alamat.

"Orang-orang lebih gampang nyari alamat di sini. Sempat beberapa kali teman saya ke sini sangat mudah nyari alamat rumah saya karena nama gangnya mudah dicari," tuturnya.

Meski berstatus sebagai pendatang, Asep mengaku terkesan dengan penataan bangunan perumahan yang tak serampangan. Berbeda dengan perkampungan di kota besar pada umumnya yang terkadang punya kesan sesak dan kumuh.

"Yang enaknya gang di sini sudah tertata, bersih, salutnya orang dulu di sini dia sudah memetakan areanya. Sekarang kita yang menikmatinya," ujar Asep.

Kompas.com mencoba menemui Mak Arum, seorang sesepuh di kampung tersebut. Usianya kini 75 tahun. Mak Arum mengaku pindah ke kampung tersebut dari Jalan Jakarta pada tahun 1965 ketika kawasan tersebut masih lengang.

Dulunya, lanjut Mak Arum, Jalan Sukabumi hanyalah area pesawahan. Dia menuturkan, area pemukiman itu tersebut berada di dua lahan berbeda, milik Pemkot Bandung dan Tuan Lim, sorang juragan tanah keturunan Tiongkok.

Saat itu, dia dan suaminya, Ata, mendengar bahwa ada program pembangunan komplek pemukiman warga di daerah tersebut.

"Saya sama si bapak, ikut daftar. Dulu harganya masih Rp 75 juta," ucapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com