Tarsius, Primata Mungil yang Tahan Banting

GORONTALO, KOMPAS.com –  Tarsius tarsier merupakan jenis primata liar yang paling adaptif terhadap lingkungan di pulau Sulawesi bagian utara.

Di Gorontalo, Jenis monyet seukuran kepalan tangan manusia ini dapat ditemukan di kebun, bahkan semak di belakang rumah warga.

“Tarsius memang spesies tahan banting, satwa ini sangat adaptif, bisa hidup di habitat rendah atau semak yang berseberangan dengan habitat hutan,” kata Panji Ahmad Fauzan, Biodiversity Officer Burung Indonesia, Rabu (30/11/2016).

Tidak heran jika  masyarakat Gorontalo menemukan satwa ini di rerimbunan atau lubang pohon di kebun mereka, terutama menjelang malam saat hewan malam ini aktif.

Panji menambahkan, Tarsius adalah binatang crespuscular, yaitu satwa yang aktif pada peralihan hari, yakni pada waktu senja dan fajar.

Tarsius yang hidup di kawasan Gorontalo masih berada dalam satu jenis Tarsius tarsier, belum resmi menjadi 1 jenis yang berbeda, sehingga masih disebut Gorontalo form atau calon jenis. Namun demikian jenis yang ada di Gorontalo ini memiliki perbedaan meskipun belum nyata.

“Ada 16 taksa Tarsius di Sulawesi, yang baru dinamai ada 5 taksa, 11 jenis lainnya masih calon jenis atau form,” ucap Panji.

Perbedaan tipis tarsius di Gorontalo dengan Tarsius tarsier antara lain nada duet, tail tuft atau rambut pada ekor, dan ukuran cranial atau tulang tengkorak. Pada tarsius yang ada di Gorontalo memiliki bulu ekor Lebih panjang.

Keberadaan tarsius Gorontalo form ini belum banyak diketahui, bahkan reproduksinya masih sangat minim informasi.

Status tarsius dalam kategori rentan (vulnerable). Di Gorontalo, ancaman terbesar pada populasi tarsius di daerah ini adalah konversi lahan hutan menjadi fungsi lainnya.