Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hendrar Prihadi
wali kota Semarang

Wali Kota Semarang, Jawa Tengah

Jangan Jadi Generasi Jempol!

Kompas.com - 27/09/2016, 15:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Jika Anda ke Kota Semarang hari ini dan menemukan sebuah hal yang menurut Anda salah, daripada sekadar menggerutu, Anda dapat melampiaskan kekesalan Anda untuk membuat Kota Semarang lebih baik.

Dengan sebuah sistem bernama #LaporHendi, Anda dapat melaporkan apa yang Anda lihat atau Anda alami untuk dapat ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kota Semarang.

Berbagai jalur pelaporan pun kami gunakan untuk lebih menjangkau masyarakat, mulai dari SMS ke nomor 1708 dengan format "LaporHendi (spasi) aduan", melalui Twitter dengan hashtag #LaporHendi, bisa juga melalui website lapor.go.id, aplikasi Android, Blackberry, ataupun iOS.

Sistem yang kami gunakan untuk mendukung Semarang Smart City tersebut telah kami uji serta kami pastikan semua laporan akan kami respon sebelum 10 hari kerja.

(Baca juga Di Semarang, Aduan Warga Diselesaikan Maksimal 10 Hari)

Suatu hari saya diminta memaparkan bagaimana sistem pelaporan tersebut bekerja di Kota Semarang pada suatu seminar.

Pada saat sesi tanya jawab, ada salah satu peserta mengacungkan tangannya dan melemparkan pertanyaan, "Apakah penggunaan sistem pelaporan tersebut sudah dipikirkan secara matang? Karena jika segala masalah perkotaan benar dibenahi pemerintah kurang dari 10 hari, bagaimana memelihara budaya kerja bakti agar tetap ada di masyarakat?"

Pertanyaan itu benar-benar membuat saya mengernyitkan dahi.‎ Untuk orang seperti saya yang besar di lingkungan asrama militer dan terbiasa ikut bekerja bakti setiap minggu, saya paham arah pertanyaannya.

Budaya kerja bakti di Indonesia memang bukan hanyalah sebuah pekerjaan gotong royong biasa. Kerja bakti telah menjadi sebuah tradisi untuk mendekatkan diri satu sama lain.

Ketika semua penyelesaian masalah telah menjadi urusan pemerintah, budaya kerja bakti memang dapat terancam kehilangan obyek.

Menurut saya membicarakan hal tersebut, seperti membicarakan sebuah pisau. Apakah pisau mempermudah pekerjaan kita yg berkaitan dengan iris-mengiris? Ya! ... Namun apakah pisau membahayakan seseorang? Iya juga!

Saya tidak akan membantah bila ada yang mengatakan bahwa kemajuan tekhnologi saat ini telah membuat masyarakat menjadi sangat individualis. Namun saya juga akan sangat setuju bila ada yang mengatakan bahwa kemajuan tekhnologi saat ini telah membantu mempermudah masyarakat untuk saling terhubung.

Maka demi menjaga agar tetap seimbang dengan tegas saya mengatakan, "Jangan jadi generasi jempol!"

Dari sekian banyak laporan warga yang kami terima setiap hari, setengahnya adalah laporan terkait masalah yang tidak terlalu sulit sebenarnya untuk dapat diselesaikan oleh pelapor sendiri. Sebagai contoh, laporan terkait sampah botol plastik bekas yang berserakan di trotoar jalan.

Faktanya ketimbang berjalan mengambil botol-botol plastik tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah yang telah disediakan, masyarakat ternyata lebih memilih menggunakan jempolnya untuk melaporkan hal tersebut melalui ponsel pintarnya untuk nantinya dibersihkan oleh pemerintah. Saya harap Anda tahu apa yang saya harapkan seharusnya.

Sehingga, demi menjaga agar masyarakat Indonesia saat ini tidak menjadi generasi malas dan individualis, mari mulai sekarang gunakan jempol Anda hanya untuk kondisi-kondisi yang memang sangat sulit untuk Anda dan orang-orang di sekitar Anda kerjakan.

Bahkan, akan sangat lebih baik bila Anda menggunakan jempol Anda untuk terhubung dengan orang lain lalu mengajaknya mengerjakan hal yang positif.

Sekali lagi, jangan jadi generasi jempol! Ayo, bijak pergunakan jempol masing-masing dan mari membiasakan diri untuk bergerak agar dapat terwujud manusia Indonesia yang lebih berkualitas!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com