Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

375 Desa di NTT Krisis Air Bersih

Kompas.com - 30/08/2016, 16:52 WIB

KUPANG, KOMPAS — Sebanyak 375 desa/kelurahan di sembilan kabupaten di Nusa Tenggara Timur saat ini krisis air bersih akibat kekeringan, terutama di wilayah pesisir.

Pemerintah daerah mengajukan bantuan dana kekeringan kepada pemerintah pusat. Namun, dari enam kabupaten itu, baru dua kabupaten yang mendapatkan bantuan dana dari pemerintah pusat untuk mengatasi kekeringan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Tadeus Tini di Kupang, Senin (29/8/2016), mengatakan, kini harga air bersih melonjak dari Rp 500.000 menjadi Rp 750.000 per tangki ukuran 5.000 liter. Harga itu berlaku di sejumlah desa di pesisir selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

"Kondisi jalan yang buruk menyebabkan sopir-sopir enggan masuk, tetapi dengan harga air yang tinggi mereka bersedia. Satu tangki air untuk memenuhi kebutuhan selama satu pekan bagi sekitar lima anggota keluarga. Itu pun dimanfaatkan untuk minum dan memasak. Sementara untuk kebutuhan mencuci dan mandi, mereka mencari sumber air lain, letaknya sekitar 12 kilometer dari permukiman," kata Tini.

Laporan dari sembilan kabupaten itu sudah diteruskan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana, tetapi baru dua kabupaten yang mendapatkan bantuan.

Kabupaten Flores Timur mendapatkan bantuan senilai Rp 1,1 miliar untuk pembuatan dua sumur bor dan distribusi air bersih. Adapun Kabupaten Rote Ndao mendapatkan bantuan Rp 260 juta untuk distribusi air bersih.

Daerah lain belum mendapat tanggapan dari BNPB karena mereka belum mempertanggungjawabkan anggaran yang dialokasikan untuk penanggulangan kekeringan pada tahun sebelumnya.

Enam dari sembilan kabupaten sudah mendapatkan bantuan mobil tangki (air), tetapi empat kabupaten tidak mengalokasikan anggaran untuk biaya operasional mobil, termasuk honor sopir sehingga mobil itu tidak dimanfaatkan.

Di Desa Lelata, Kecamatan Wulandoni, Lembata, misalnya, sumber air Buka Baret kering sejak 2012, sedangkan debit air sumber air Ora Ladun terus menurun sejak 2013.

"Ora Ladun hanya menghasilkan satu jeriken air atau 5 liter setelah 30 menit menunggu. Sementara air itu dimanfaatkan oleh sekitar 1.750 warga yang tersebar di tiga desa itu. Warga antre di sumber mata air selama 24 jam hanya untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak. Sebagian besar warga jarang mandi, banyak yang terkena penyakit kulit," kata Kepala Badan Permusyawaratan Desa Lelata Yoseph Boly.

Aparat Desa Lelata telah melaporkan hal itu ke Pemkab Lembata, tetapi belum ada tindak lanjut. Pemkab memiliki dua mobil tangki, tetapi tidak beroperasi lagi karena kurang perawatan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Lembata Sil Wungubelen mengatakan, pihaknya sudah memprogramkan pengadaan air bersih di Kecamatan Wulandoni tahun anggaran 2017. BPBD Lembata akan mengerahkan mobil tangki berisi air bersih ke daerah itu.

Banjir bandang

Banjir bandang yang menerjang wilayah Kecamatan Hantakan, Batu Benawa, dan Labuan Amas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Minggu (28/8) sekitar pukul 18 Wita, menimbulkan sejumlah kerusakan. Banjir tersebut berlangsung sekitar dua jam. Sebelum banjir, hujan deras turun di daerah hulu Sungai Hantakan, di Pegunungan Meratus.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Hulu Sungai Tengah Harliansyah yang dihubungi dari Banjarmasin, Senin, mengatakan, di Hantakan, banjir menerjang Desa Alat, Hantakan, dan Bulayak. Sebanyak 140 rumah warga sempat terendam air dengan ketinggian 20-80 sentimeter.

Di Batu Benawa, lanjut Herliansyah, ada 32 rumah warga di dua desa yang terendam air dengan ketinggian 20-80 cm. Di Labuan Amas Utara, ada tiga jembatan yang rusak total akibat diterjang banjir. (kor/jum)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Agustus 2016, di halaman 23 dengan judul "375 Desa di NTT Krisis Air Bersih".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com