Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Depan Gubernur Jateng, Petani Tembakau "Curhat" soal Melimpahnya Impor Tembakau

Kompas.com - 25/08/2016, 17:12 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Para petani tembakau dari Temanggung, Jawa Tengah, berkeluh kesah atas melimpahnya kuota impor tembakau di negeri ini.

Mereka khawatir tembakau dari luar negeri akan merusak pangsa pasar dan mematikan tembakau dalam negeri.

Atas hal ini, mereka mengadu ke Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Ketua Asosiasi Petani Tembakau Jateng, Wisnubrata mengatakan, saat ini kebutuhan tembakau secara nasional sebanyak 325.000 ton. Namun di antara kebutuhan itu, 55 persen di antaranya dipasok melalui impor.

"Itu data kemarin yang kami dapat dari Bea Cukai, impor sudah 55 persen," kata Wisnu di sela audiensi dengan Gubernur Ganjar, Kamis (25/8/2016).

Selain impor, para petani tembakau juga mengeluhkan hasil panen yang menurun kualitasnya akibat musim kemarau basah. Hasil produksi pun turun tajam. Mereka meminta Gubernur agar pabrik rokok tetap bersedia menyerap hasil petani tembakau.

"Kami mohon agar pabrikan mau menyerap tembakau, minta seleksi tidak terlalu ketat karena hasilnya tidak seperti cuaca normal. Kerusakan bisa sampai 40-50 persen," kata Wisnu.

Produksi tembakau dari para petani di Jateng pun dipastikan menurun. Tahun 2015, produksi tembakau sekitar 54.000 ton, sementara tahun 2016 produksi diperkirakan hanya 40.000 ton.

Gubernur Ganjar Pranowo menanggapi permintaan para petani ini. Dalam waktu dekat, ia akan meminta pihak pabrikan mencari solusi bersama atas keadaan para petani.

Ganjar juga menceritakan soal keluhan para petani kepada Menteri Perdagangan. Kala itu, Ganjar mengatakan bahwa pada musim kemarau hasil tembakau akan buruk. Kondisi tembakau menurun kualitasnya hingga 40 persen.

"Pak Menteri bilang, pabrikan harus kerja sama, kalau tidak, nanti bermasalah, karena impor pasti naik," ujar Ganjar.

Pihaknya pun akan mengundang pihak pabrikan pada Senin mendatang untuk mencari solusi mengatasi keadaan buruknya hasil tembakau itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com