Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Tahun "Lulus" dari Sekolah Orangutan, Lesan Punya Anak

Kompas.com - 13/06/2016, 20:02 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

SANGATTA, KOMPAS.com - Orangutan yang pernah menjalani program rehabilitasi di sekolah hutan Samboja Lestari di Kutai Kartanegara, ditemukan sudah menggendong anak.

Pekan lalu, tim pemantau orangutan dari Borneo Orangutan Survival Survival menemukan Lesan, si orangutan itu, di utara hutan Kehje Sewen, Kutai Timur, Kalimantan Timur, sedang membopong satu bayi mungil.

“Keduanya tampak dalam kondisi sehat. Belum diketahui jenis kelamin si bayi,” kata spesialis komunikasi BOSF, Nico Hermanu, Senin (13/6/2016).

Lesan adalah satu dari 3 orangutan yang pertama dilepasliar BOSF ke hutan alami di Kehje Sewen, pada April 2012 lalu. Selain Lesan, ada orangutan bernama Casey dan Mail. Mereka diterbangkan dengan helikopter dari Samboja Lestari ke Kehje Sewen.

Seremoni pelepasliaran saat itu bahkan dihadiri Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian, Menteri Kehutanan, dan Menteri Lingkungan Hidup.

KOMPAS.com/Dani J Lesan bersama bayi mungilnya di hutan Kehje Sewen di Kutai Timur, Kalimantan Timur. Petugas monitoring orangutan yang dilepasliar dari BOSF mengabadikan momen ini.
Lesan masuk sekolah khusus orangutan ini dengan tanpa induk sejak usia tiga tahun di 2006. Selama di sekolah, Lesan belajar memiliki kemampuan dasar bertahan hidup terbaik, seperti memanjat pohon, mencari pakan alami, membuat sarang, dan mengenali predator. Enam tahun belajar, ia dan dua lainnya dilepasliar.

Empat tahun pasca lepas liar, Lesan ditemukan menggendong orangutan. “Kelihatannya belum lama kelahirannya ini. Kami masih harus memastikan lebih jauh. Tim pemantau dari pagi sampai malam mengikuti Lesan terus,” kata Nico.

“Minimal selama seminggu pertama,” kata Nico.

CEO BOSF, Jamartin Sihite, mengatakan kelahiran secara alami di hutan merupakan gambaran terbentuknya populasi orangutan liar yang semakin mendekati habitat aslinya. Ini sangat menarik lantaran banyak orangutan yang dilepasliar dulunya diambil dari warga dengan kondisi tanpa induk.

“Dengan fungsi orangutan yang memperbaiki kualitas hutan, kita bisa berharap pemerintah bisa membantu menjamin keamanan mereka berkembang biak, sehingga secara perlahan kelak, hutan-hutan kita bisa kembali tumbuh dengan baik,” kata Jamartin.

“Kami berharap bahwa orangutan lain yang kami lepasliarkan bisa segera menyusul untuk berkembang biak,” kata Jamartin.

Sejak 2012, BOSF sudah 12 kali melepasliar orangutan di Kalteng dan delapan kali di Kaltim. Semuanya 212 individu sudah dilepasliar, terdiri 45 individu di Kaltim dan 167 di Kalteng. Selama itu, telah mengalami kelahiran orangutan secara alami sebanyak 2 individu di Kaltim dan empat di Kalteng.

“Ini menunjukkan kami, Pusat Rehabilitasi Orangutan, masih di jalur yang benar," kata Jamartin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com