Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Oseanografi IPB: Teluk Jakarta Lebih Butuh Rehabilitasi

Kompas.com - 26/04/2016, 16:55 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Pakar Bidang Oseanografi Institut Pertanian Bogor (IPB), Alan Frendy Koropitan menilai, Teluk Jakarta lebih membutuhkan rehabilitasi dibandingkan reklamasi.

Berdasarkan hasil kajiannya terhadap Teluk Jakarta pada tahun 2005 sampai 2009, terjadi perubahan bentang alam tempat 17 pulau-pulau reklamasi baru yang memperlambat kecepatan arus.

Jika arus mengalami perlambatan, maka pergerakan material seperti limbah organik, sedimen, dan logam berat ikut terhambat. Hal ini karena flushing time (waktu cuci) teluk melambat, sehingga material cenderung tertinggal dan perairan lebih tercemar.

“Sebelum dilakukan reklamasi, Teluk Jakarta memang sudah tercemar. Tapi setidaknya material tersebut masih bisa dialirkan. Namun dengan adanya pulau-pulau kecil dari hasil reklamasi, aliran ini kian terhambat sehingga Teluk Jakarta makin tercemar dan efek sedimentasinya dapat memperparah banjir di sekitar hilir sungai,” ujar Alan di Bogor, Selasa (26/4/2016).

Dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB ini menambahkan, menurut Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, perlu dilakukan rehabilitasi dan perbaikan kondisi ekosistem atau populasi yang telah rusak walaupun hasilnya berbeda dari kondisi semula.

“Sedangkan reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat sumberdaya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurukan, pengeringan lahan atau drainase. Secara lingkungan, rencana reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta ini dinilai tidak layak, meskipun empat pulau di antaranya sudah terlanjur terbentuk,” kata Alan.

Lanjut dia, hampir setiap tahun banyak ikan mati karena limbah organik yang sangat tinggi. Ini salah satu indikator bahwa Teluk Jakarta sudah tercemar.

"Wajar saja, Teluk Jakarta dialiri 13 sungai yang melewati permukiman, industri dan sebagainya. Artinya, banyak material yang mengalir dan bermuara di Teluk Jakarta yang mengakibatkan air keruh dan kotor," jelas dia.

“Adanya proses dekomposisi limbah organik oleh bakteri yang membutuhkan oksigen menyebabkan ketersediaan oksigen yang dikonsumsi ikan rendah. Nutrien hasil dekomposisi memicu terjadinya ledakan (blooming) alga beracun, sehingga ikan-ikan bisa mati akibat mengonsumsi alga tersebut,” pungkas Alan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com