Ogoh-ogoh yang dibuat setiap banjar di desa adat diharapkan tidak bermuatan politik, termasuk dalam rangka Menjelang Pilkada Serentak 2017 di Bali.
"Ogoh-ogoh bukan untuk alat politik. Bukan untuk meninabobokkan anak muda kita, supaya anak muda senang, kasih uang saja untuk bikin ogoh-ogoh tanpa ada pemahaman apa itu ogoh-ogoh? Kenapa itu ogoh-ogoh dibuat? Untuk apa itu?," kata Pastika di Denpasar, Sabtu (27/2/2016).
Pastika menyampaikan pesan ini di acara Simakrama ini mengingat saat ini masyarakat sedang giat-giatnya membuat Ogoh-ogoh untuk diarak pada Hari Pengerupukan, satu hari menjelang Nyepi.
"Jadi ini saya kira hal penting dan kesempatan bagi saya untuk saya sampaikan di forum ini. Mudah-mudahan didengar oleh seluruh masyarakat Hindu Bali khususnya, seolah sudah tenggelam di dalam arus itu. Sehingga lupa makna lupa makna sesungguhnya. Tapi apa itu agama kita? Mari kita renungkan bersama," tambahnya.
Penegasan mantan Kapolda Bali ini memang harus diperhatikan mengingat beberapa tahun lalu terjadi penertiban Ogoh-ogoh yang tidak layak dibuat seperti Ogoh-ogoh mirip dengan tokoh atau orang yang menghadapi kasus hukum seperti Anas Urbaningrum, Muhammad Nazaruddin dan Gayus Tambunan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.