"Kami merasa tersinggung ada pihak yang menuduh kami masyarakat adat membakar ladang," kata Kepala Suku Kaitora, Pulau Enggano, Rafly Kaitora, Jumat (29/11/2015).
"Padahal, secara turun-temurun, kami diwarisi cara yang arif dalam membuka ladang," kata dia lagi.
Rafly menegaskan, budaya di Enggano tak pernah mengajarkan warga membakar hutan untuk membuka ladang.
Dia mencontohkan, saat hendak membuka ladang, warga Enggano melakukannya secara berkelompok. Biasanya hal itu dilakukan pada bulan April hingga Juni.
Masyarakat menggunakan teknik tebas tebang, lalu tebangan dikumpulkan ke dalam sebuah lubang.
"Memang ada pembakaran, tetapi hanya bekas tebangan di dalam lubang. Itu juga dijaga dan tak melebar karena dijaga para suku," kata dia.
Pembakaran, menurut dia, hanya di titik tertentu dan diawasi ketat. Hal tersebut berbeda dengan kebakaran lahan seperti yang tidak terkontrol saat ini, yang bahkan telah membakar 350 hektar hutan adat Enggano.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.