Sambil membawa hasil pertanian seperti jenis palawija, sayur-sayuran, hingga buah-buahan, ratusan petani bersama sejumlah aktivis dan sejumlah elemen mahasiswa tiba di Jalan Malioboro.
Di Jalan Malioboro, mereka melakukan aksi penolakan rencana pembangunan bandara dengan tidur di jalanan. Setelah itu, ratusan petani bersama sejumlah aktivis dan sejumlah elemen mahasiswa berjalan menuju kantor DPRD DI Yogyakarta.
Di kantor wakil rakyat ini mereka melanjutkan aksi penolakan terhadap rencana pembangunan Bandara. Selain itu, mereka juga mengelar doa bersama di depan Gedung DPRD DI Yogyakarta.
"Warga menolak proyek pembangunan Bandara. Proyek pembangunan bandara harus dipindahkan," ucap Rejo (65), warga Kretek, Glagah, Temon Kulonprogo, Selasa (26/10/2015).
Dia menuturkan, ada sekitar 2.000-an meter persegi lahan yang terancam hilang. Lahan tersebut sebagian besar merupakan pertanian warga yang selama ini menjadi mata pencaharian pokok.
"Nanti masa depan empat anak saya bagaimana jika bandara jadi dibangun," ujarnya.
Sementara itu, koordinator aksi, Santos Muhammad, menambahkan, penolakan rencana pembangunan bandara juga dilakukan dengan aksi mogok makan di DPRD DIY. Rangkaian aksi ini, imbuhnya, dilakukan untuk mendesak agar pemerintah segera mencabut surat keputusan No 68/KEP 2015 tentang Izin Penetapan Lokasi Pembangunan Bandara.
Selain itu, warga juga menolak Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kulonprogo. Sebab tidak sesuai dengan RTRW Nasional.
"Surat keputusan No 68/KEP 2015 tentang Izin Penetapan Lokasi Pembangunan Bandara harus segera dicabut," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.