Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TNGL "Bayar" Rp 34 Miliar Utang Indonesia kepada Jerman

Kompas.com - 12/10/2015, 12:26 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) "membayar" Rp 34 miliar utang negara kepada Pemerintah Jerman. Pembayaran ini terkait kesepakatan Paris Club dan perjanjian pemerintah Indonesia dengan Jerman pada 2 Oktober 2002 yang diperbarui dengan perjanjian keuangan pada 8 November 2004 lalu.

Kepala BBTNGL Andy Basrul kepada wartawan, Senin (12/10/2015), mengatakan,  utang negara itu kemudian dialihkan untuk membiayai sembilan kegiatan yang disepakati dalam separate agreement yang ditandatangani pada 2 Mei 2007, untuk "memperkuat pengembangan taman nasional dalam ekosistem yang rapuh".

Skema pembiayaan ini kemudian disebut sebagai Debt for Nature Swap (DNS) III atau Green Program yang di laksanakan pada 2007 hingga 2012

"Sembilan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh BBTNGL adalah pemberantasan pencurian kayu, penanganan perambahan, penanggulangan konflik satwa liar, pencegahan kebakaran dan pembangunan jalan, pengembangan sarana dan prasarana taman nasional, pengembangan kapasitas pegawai taman nasional, penyelesaian tata batas kawasan, peningkatan kesadaran dan pendapatan masyarakat, dan pemanfaatan lestari sumber daya nasional," kata Andy.

Sasaran semua kegiatan tersebut, lanjut Andy, untuk mengurangi ancaman-ancaman yang merusak kawasan dan potensinya seperti spesies langka dan sumber daya alam hayati taman nasional. Kemudian untuk meningkatkan pembangunan dan penguatan kelembagaan pengelolaan taman nasional dalam melindungi dan memanfaatkan secara berkelanjutan potensi warisan dunia.

Persentase realisasi dari kesembilan kegiatan yang terbesar adalah pemberantasan pencurian kayu dengan realisasi sebesar 100 persen. "BBTNGL selalu melaksanakan patroli dan operasi rutin dengan melibatkan masyarakat dalam pengamanan kawasan hutan," katanya lagi.

Skema DNS merupakan sebagian dari program pengalihan utang yang di gunakan untuk membiayai program konservasi keanekaragaman hayati hutan tropis. Program ini meliputi program pelestarian alam (green Program) dan program penanggulangan pencemaran (brown program) yang dilaksanakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Masing-masing program disepakati untuk menghapuskan utang negara sebebsar 12,5 juta euro dengan membiayai kegiatan sebesar 50 persen, yaitu sebesar 6,25 juta euro. TNGL yang berada di Provinsi Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam seluas 838.872 hektar merupakan salah satu dari lima taman nasional pertama di Indonesia yang ditetapkan sebagai taman nasional pada 1980.

TNGL juga merupakan taman nasional terluas ketiga di Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan pada tanggal 27 Mei 1997. Kawasan ini memiliki keunikan dan keindahan alam khas hutan tropis, pegunungan, juga rumah bagi 3.500 jenis tumbuhan, 536 jenis satwa termasuk empat spesies yang sangat dilindungi yaitu orangutan sumatera (Pongo abeli), gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), harimau sumatera (Panthera tigris) dan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis).

Kekayaan alam ini juga yang menjadi alasan menjadikan TNGL memperoleh predikat internasional sebagai cagar biosfer pada 1981, ASEAN Heritage Park pada 1984 dan sebagai situs warisan dunia, Tropical Rainforest Heritage of Sumatra (TRHS) bersama dengan TNKS dan TNBBS yang ditetapkan UNESCO pada 2004.

TNGL memiliki stasiun penelitian Ketambe yang merupakan stasiun penelitian tertua di Indonesia. Menjadi hulu dari 12 daerah aliran sungai (DAS) yang ada di dalamnya, penyangga kehidupan bagi sekitar 4 juta jiwa penduduk yang berada di sekitar kawasan. Sebagian besar dari masyarakat ini hidup dari sektor pertanian dan perkebunan.

TNGL juga memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar sebagai sumber mata pencaharian baru dengan pengelolaan pariwisata alam. "Ini sudah meningkatkan perekonomian masyarakat, mereka membuka usaha di bidang jasa dan industri wisata. Dan menjadi pemandu pariwisata alam," tambah Andy.

Pengelolaan kawasan konservasi sebagai sistem penyangga kehidupan dapat memberikan manfaat jangka panjang untuk umat manusia. "Masih banyak lagi yang bisa dimanfaatkan dari pengelolaan hutan TNGL antara lain berperan dalam mengurangi efek pemanasan global dan stabilitas iklim mikro. Syaratnya ya dengan menjaga kondisi ekosistem tetap alami," pungkas Andy.Debt For Nature Swap (DNS) III atau green program yang di laksanakan pada 2007 hingga 2012

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com