"Hingga saat ini, RSUD sudah menangani puluhan anak dan bayi yang terkena dampak kebakaran lahan dan hutan," kata Kepala Bidang PMK Dinas Kesehatan Kuantan Singingi, Detri Elvira, di Teluk Kuantan, Kamis (8/10/2015).
Bayi dan anak-anak, kata Detri, lebih berisiko terhadap paparan asap kebakaran hutan dan lahan ketimbang orang dewasa. Menurut dia, beberapa bayi masuk instalasi gawat darurat (IGD) karena harus diberi bantuan pernapasan. Bahkan, ada bayi baru berumur 11 bulan yang dirawat.
"Jika ke depan masih rawan asap, maka tidak menutup kemungkinan jumlah anak yang berobat bertambah," kata dia.
Hendri, salah satu warga Lubuk Ambacang, juga menyebutkan, "Kabut asap ini tidak bisa lagi diatasi dengan masker gratis dari dinas kesehatan, tetapi harus pakai masker dengan kualitas terbaik."
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi IV DPR Siti Hediati atau Mbak Titik mengatakan, pemerintah tak perlu malu menerima bantuan dari negara lain untuk mengatasi kabut asap yang terjadi di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.
"Saya tahu, pemerintah sudah berbuat sesuatu, tetapi tidak maksimal. Kalau perlu bantuan, terima bantuan (yang ditawarkan) itu karena Singapura punya pesawat, punya alat-alat yang bisa bikin hujan buatan. Ya terima aja, masa nunggu rakyat kita mati, baru terima bantuan. Jangan gengsilah untuk menyelamatkan bangsa ini," kata dia.
Selama ini, hanya ada 25 pesawat terbang dan helikopter yang digunakan untuk menanggulangi hampir 2.000 titik asap di kedua pulau besar Indonesia itu. Satu helikopter diketahui hanya mampu menerbangkan sekitar empat ton air untuk diguyurkan ke titik asap.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.