Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah 14 Anak Tewas di Lubang Tambang, ke Mana Menteri LH?

Kompas.com - 11/08/2015, 10:56 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani Julius

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Pemerintah dinilai lamban dalam menyikapi kasus tewasnya anak-anak di lubang tambang di Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur.

Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, kelompok masyarakat pemerhati eksploitasi SDA di Indonesia, mengungkap, kelambanan Pemerintah itu kembali terekam dalam tragedi tewasnya Sanofa MR Gunawan, bocah SMP Tenggarong. Dia tewas di salah satu kolam bekas penambangan pada 6 Agustus 2015 lalu.

“Kami sudah lama melaporkan (banyak bocah tewas di lubang tambang akibat pertambangan) namun respons Kementerian Lingkungan Hidup terlalu lamban. Jadi ini mau tunggu korban jatuh berapa lagi,” kata Dinamisator Jatam Merah Johansyah, Selasa (11/8/2015).

Merah mengungkapkan, hingga kini sudah 10 anak tenggelam di kolam tambang di Samarinda dan empat di Kukar sejak 2011 hingga 2015 ini. Rata-rata anak-anak itu berusia 6-14 tahun.

Kondisi tersebut, tutur Merah, menunjukkan tidak ada proses hukum transparan dan penanganan serta perbaikan serius dari Pemerintah dalam tata kelola izin, hingga kecelakaan masih terus terjadi.

Bahkan, keluarga korban juga pernah melaporkan ke menteri LH. Namun, korban terus berjatuhan dan memunculkan kesan pembiaran. “14 anak mati di lubang tambang, itu dosa hingga Menteri Lingkungan Hidup dan ESDM, karena terus dibiarkan. Jadi bisa dikategori kejahatan kemanusiaan,” kata Merah.

Bukan hanya pembiaran, tetapi disebut juga UU PP LH Nomor 32 Tahun 2009 tentang indikasi pidana lingkungan hidup. Sanksinya, mulai dari pencabutan izin sampai proses hukum perusahaannya.

“Kalau tidak dijalankan, ya buang saja UU Lingkungan Hidup itu dan tidak ada gunanya di Kaltim,” kata Merah.

Merah mengungkapkan, pemerintah pusat termasuk menteri-menterinya mau datang ke Samarinda dan Kukar untuk melihat bagaimana kerusakan lingkungan di Kaltim ini. “Menteri ESDM dan Menteri KLHK, 'blusukan'-lah ke Samarinda. Kami minta segera tutup dan cabut izin tambang pembunuh ini,” kata dia.

Dua hari lalu, lubang bekas tambang batubara yang diduga milik PT TP Sejahtera dan PT BS Mining di Sebulu Modern, Kukar, kembali menelan korban. Sanofa MR Gunawan, 14 tahun, tewas di lubang yang tak direklamasi lebih dari empat tahun itu.

Sanofa menjadi korban yang menggenapi belasan anak yang sudah tewas lebih dulu di lubang-lubang tambang di Kaltim. Tragedi ini kini juga merambah ke Kukar yang tidak kalah masif kegiatan penambangannya.

Kukar memiliki 453 Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan 200 KP. Khusus di Sebulu, salah satu kecamatan di Kukar di mana Sanofa menjadi korban, terdapat 22 operasi pertambangan dan 37 eksplorasi, dengan total 59 izin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com