Apalagi, selama ini, mayoritas warga perbatasan masih bergantung pada Malaysia untuk menjual hasil laut mereka dalam bentuk barang mentah. Tentu saja, harga yang ditawarkan berbeda jauh jika komoditas yang dijual sudah berupa barang jadi.
Dia berharap, keterampilan membuat produk alternatif dari rumput laut dan ikan akan menambah daya jual hasil laut mereka sehingga nilai ketergantungan terhadap Malaysia mampu ditekan.
“Potensi maritim yang di sini ini justru yang paling banyak diincar sama tetangga kita. Warga perbatasan juga cenderung lebih ke negara tetangga dari pada mandiri di negeri sendiri. Karena itu kita memberi penguatan UMKM,” ujar Ketua ISWI Retno Sri Endah Lestari, Rabu (5/8/2015).
Lebih dari 50 pelaku UMKM di Kabupaten Nunukan hingga 4 hari ke depan diberi pelatihan untuk mengolah hasil perikanan dan rumput laut menjadi produk yang memiliki daya saing. Dalam pelatihan tersebut, pelaku UMKM juga diberi pemahaman terhadap standar produk yang bisa bersaing di pasar global.
Beragam aktivitas yang diajarkan kepada UMKM adalah pembuatan abon dari berbagai jenis ikan serta bandeng presto mengingat Nunukan juga merupakan penghasil bandeng cukup besar di Provinsi Kalimantan Utara dan juga pembuatan jenang dodol rumput laut.
“Setelah kami ajari membuat produk dengan standar untuk dipasarkan di wilayah Jawa, kita juga akan menggandeng pengusaha untuk memasarkan hasil produk mereka,” imbuh Retno.
Untuk lebih memaksimalkan hasil pelatihan, ISWI juga mengundang wirausahawan dari Bandung dan Semarang sebagai tenaga pengajar. Selain dari teknik produksi, para wirausahawan tersebut juga diharapkan mampu memberikan motivasi kepada masyarakat di wilayah perbatasan agar berusaha mengembangkan usaha produk yang berbasis hasil laut tersebut.
”Pengusahanya sendiri yang kita bawa ke sini. Namanya Johan Yunianto dari Bandung dan untuk teknologi pengolahan ikan pindang itu, Solihin. Mereka ini wirausahawan, jadi komplit materinya,” tutur Retno.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.