Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/07/2015, 15:00 WIB

Oleh Jean Rizal Layuck dan Defri Werdiono

Kota Bitung di Sulawesi Utara menjadi kota pelabuhan penting di Tanah Air. Kota berpenduduk sekitar 190.000 jiwa itu adalah gerbang utama negeri ini di utara. Pemerintah menetapkannya sebagai Kawasan Ekonomi Khusus tahun 2014. Bitung dikenal sebagai kota industri perikanan maju, dengan memiliki 17 unit pengolahan ikan dan terbanyak di Indonesia.

Kini Bitung bercita-cita menjadi kota tuna internasional, mengalahkan General Santos di Filipina selatan. Momentum memajukan Bitung tentu hal baik dilakukan dari sekarang. Kondisi masyarakat stabil dan pemerintahan relatif jujur jadi modal penting meraih kepercayaan dunia usaha.

Pemerintah Kota Bitung meraih empat kali penilaian wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Bitung juga meraih tiga besar sebagai kota berintegritas di Indonesia dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2012, 2013, dan 2014.

Bitung malah "mengalahkan" Kota Surabaya, Jawa Timur, tahun 2013 ketika meraih ranking pertama kota berintegritas, kota tempat mereka belajar sistem perizinan satu atap.

Di bawah kepemimpinan Wali Kota Hanny Sondakh, Bitung meraih 200 lebih penghargaan sebagai kota dengan aneka kemajuan di bidang kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, lingkungan, dan pemerintahan dalam kurun waktu lima tahun.

Kerja transparan dan akuntabilitas publik yang baik menjadikan Bitung sebagai kota investasi terbaik di Tanah Air. Laju investasinya mencapai Rp 5,5 triliun dalam kurun lima tahun, terdiri dari Rp 2 triliun investasi asing dan Rp 3,5 triliun investasi dalam negeri.

Hanny Sondakh menjamin tak ada pungutan di luar ketentuan ketika pengusaha atau warga mengurus izin. "Kalau pegawai kami melakukan pungli (pungutan liar) saat ini juga saya pecat," katanya.

Kepala Bidang Humas Pemerintah Kota Bitung Erwin Kontu mengatakan, penerapan pengurusan izin satu atap di kota itu dilakukan sejak tahun 2010, memberi inspirasi kepada warganya untuk hidup jujur. Sistem izin satu atap itu melingkupi 20 urusan, antara lain mulai akta lahir, akta keluarga, izin mendirikan usaha, dan izin mendirikan bangunan.

"Masyarakat mengurus izin tidak perlu bertatap muka dengan pegawai, cukup memasukkan berkas sesuai persyaratan, izin dijamin terbit sesuai target hari. Kami memakai sistem SMS gateway selalu melaporkan perkembangan izin kepada warga," katanya.

Dengan kondisi pemerintah dan warga yang baik dan stabil, sesungguhnya bukan hal sulit untuk membangun Bitung. Paradigma Bitung sebagai pintu gerbang Indonesia di kawasan Asia Pasifik telah diketahui seluruh warganya.

Jargon membangun Bitung sama artinya membangun Indonesia juga menjadi pola pikir dan pola tindak dari 3.928 birokrat Pemkot Bitung dan pemangku kepentingan lainnya. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menaruh harapan besar pada Bitung menjadi kota utama perikanan tuna di Indonesia dan internasional.

Susi prihatin keberadaan Bitung kalah pamor dengan General Santos, kota di Filipina Selatan. Ekspor ikan tuna dari Bitung setiap tahun hanya bernilai Rp 40 miliar, kalah jauh dari General Santos yang memiliki nilai ekspor tuna 2 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Padahal, sebagian ikan tuna itu ditangkap di perairan Sulawesi.

Susi menduga banyaknya pabrik dan unit pengolahan ikan di Bitung bagian dari kamuflase dari pengusaha ikan tuna di Filipina. "Mereka mendapatkan izin pabrik, tetapi ikan ditangkap dibawa ke Filipina. Moratorium memang sakit, tetapi saya ingin Bitung mengalahkan General Santos", katanya.

Kebijakan moratorium dari Susi berdampak pada aktivitas usaha perikanan masyarakat setempat sehingga terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan pekerja. Wakil Wali Kota Bitung Max Lomban meminta pemerintah mengeluarkan petunjuk teknis atau pelaksanaan agar moratorium itu menjadi jelas di lapangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com