Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat Daffa, Bocah 3 Tahun yang Menderita Kanker Mata Stadium 4

Kompas.com - 22/06/2015, 16:04 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Suara rintihan Abiyyu Daffa Purfadilah (3) memecah kesunyian rumah ayahnya, Pupung Purfadilah (35), di perbukitan Dusun Banyu Urip, Desa Caturharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. Anak berusia tiga tahun ini tak bisa bermain seperti anak seusianya. Abiyyu harus tergolek di tempat tidur karena menderita kanker mata sebelah kiri.

"Ayah, ayah, ayah, sini!" rintih Abiyyu memanggil ayahnya.

Mendengar panggilan anaknya, Pupung pun langsung cepat-cepat menghampiri bocah yang kerap disapa Daffa itu.

"Saya tinggal sebentar, Daffa itu selalu ingin dikeloni ayahnya. Saya tinggal sebentar pasti merintih minta dikeloni," jelas Pupung kepada Kompas.com saat berkunjung ke rumahnya di Dusun Banyu Urip, Senin (22/6/2015) siang.

Seusai menidurkan anaknya, Pupung menceritakan, dahulu Daffa lahir di Cirebon, Jawa Barat. Dia hidup normal sesuai usianya, senang bermain dengan teman-temannya. Bahkan Daffa cenderung lebih aktif dan tidak mau diam dibandingkan teman-teman lainnya.

"Daffa itu aktif sekali, main, lari-lari. Yang paling saya ingat, ia sering bernyanyi kalau di rumah. Kalau ingat saat-saat itu, saya jadi tidak tega," kisah Pupung mengingat saat putranya masih kecil.

Stadium empat

Keceriaan Daffa mendadak pudar setelah pada tahun 2013 dia mengalami infeksi mata sebelah kanan. Lambat laun akibat infeksi ini, Daffa kehilangan penglihatannya. Kondisi ini diperburuk dengan munculnya benjolan kecil di mata kiri Daffa pada tahun 2014 lalu. Gumpalan itu divonis dokter mengalami kanker mata stadium empat.

"2014 oleh dokter, Daffa divonis kanker mata stadium empat. Jujur saya kaget, sedih, dan takut dengar kanker," tandasnya.

Sejak dua bulan terakhir gumpalan daging itu semakin hari terus membesar. Bahkan sampai saat ini sudah sebesar kepalan tangan orang dewasa. Tak hanya itu, gumpalan daging itu pun sering mengeluarkan darah dan cairan.

"Kalau malam, saya dan istri gantian jaga. Gumpalan itu sering keluar darah dan cairan, jadi harus dibersihkan. Kalau tidak, masuk ke hidung dan mulut," ujarnya.

Pupung dan istrinya, Lestari, terus berjuang mengobati putranya agar kembali ceria seperti sedia kala. Sejak 2014, Daffa masuk dan keluar rumah sakit di Yogyakarta, tetapi tak kunjung mengalami perubahan. Karena sering masuk dan keluar sumah sakit, anak umur tiga tahun ini sampai mengalami trauma.

"Mendengar kata rumah sakit dan dokter, Daffa langsung ngamuk. Daffa seperti trauma, ia lebih memilih minum jamu pahit daripada ke rumah sakit," katanya.

Orangtua Daffa akhirnya memutuskan untuk menempuh pengobatan alternatif. Meski terbilang mahal, beberapa obat herbal pun dicobanya.

"Obat herbal dari Jepang harganya Rp 1,2 juta, memang mahal, tapi demi anak. Saya sampai menggadaikan sertifikat tanah untuk pengobatan Daffa," ucapnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com