Nenek 17 cucu itu mengungsi di Gedung KNPI di Jalan Pahlawan Kabanjahe bersama empat anaknya yang lain. Sudah dua minggu ini dia tidur beralas tikar di ruang besar tanpa sekat bersama 275 pengungsi lainnya. Dari total jumlah pengungsi itu, ada 104 jiwa atau 25 keluarga yang beragama Islam.
"Tak mungkinlah ada daging. Seadanya sajalah. Sedih kali kurasa kayak gini," katanya sambil menghapus air mata.
Biasanya dulu, sebelum bencana erupsi melanda, menyambut puasa pertama dia akan memasak gulai daging sapi atau ayam. Lauk ini nanti juga akan menjadi santapan sahur pertama. Sekarang jauh berbeda saat di pengungsian, tidak ada uang membeli daging atau ayam.
"Biaya hidup saja sudah tinggi, pemasukan tidak ada. Tak mungkinlah membeli ayam," ucapnya sambil menggoyang-goyangkan tubuh menenangkan cucunya yang menangis.
"Aku janda. Cucuku ini umur sehari ditinggal mamaknya. Itu yang tidur kakaknya umur dua tahun. Yang besar baru tamat PAUD lagi dibawa bapaknya ke ladang. Bapaknya, anakku yang paling kecil. Terpaksalah dibawanya anaknya satu ke ladang biar tak terlalu capek aku menjaga. Semua ini karena butuh biaya. Kami gagal panen terus dibuat abu," tuturnya.
Dia mengaku baru sekali menerima bantuan dari pemerintah.
"Cuma sekali ku terima, Rp 180.000. Itu pun 2014 lalu, pas aku mengungsi di Jambur Taras Berastagi. Padahal, Sari sudah mengungsi sejak 2014 lalu. Februari 2015 kami diperbolehkan balik kampung. 3 Juni kami dievakuasi keluar kampung. Gunung itu 12 kilometer dari ladang ku. Sedihnyalah begini, ya..." ucapnya pelan.
Menu biasa
Dina Sinaga, Koordinator Posko Gedung KNPI, mengatakan tidak ada menu istimewa saat ditanya menu berbuka nanti. Pihaknya cuma membagi kelompok yang akan memasak sahur dan berbuka.
"Selebihnya belum ada, kecuali ada yang mau menyumbang bukaan nanti," katanya ramah.
Saat melongok ke dapur umum, terlihat menu sisa sahur berupa ikan teri dicampur terung ungu. Sayurnya sawi pahit yang direbus. Banyak sisa-sisa terung yang terbuang di tempat sampah, kemungkinan sebagian pengungsi tidak menyukainya.
Sementara itu, Posko Jambur Korpri Berastagi, warga Desa Kutagugung dan Dusun Lau Kawar, Kecamatan Namanteran, mengeluhkan, belum ada tenda sementara untuk melaksanakan Shalat Tarawih.
"Sudah kami usulkan ke BPBD tapi belum datang juga. Kalau soal sahur dan berbuka, kami belum ada persiapan. Baru tiga hari kami disini. Pastilah tak ada menu istimewa, apalagi daging," kata Tarigan, salah satu pengungsi yang ditemui.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.