Ketujuh sumber air yang dipakai untuk siraman Selvi itu berasal dari Masjid Agung Solo, Keraton Solo, Keraton Mangkunegaran, Masjid Mangkunegaran, Dalem Mloyokusuman, air zamzam, dan air dari dalam rumah.
Sebelum siraman, kedua orangtua Selvi, yaitu Didik Supriyadi dan Sri Partini, melakukan prosesi pemasangan bleketepe di rumah tersebut. Didik terlihat memanjat tangga saat akan memasang bleketepe di atap bagian depan rumah.
Dalam adat Jawa, bleketepe yang terbuat dari anyaman janur adalah simbol keteduhan dan pengharapan akan kenyamanan bagi kedua mempelai dalam mengarungi perkawinan. Setelah itu, prosesi dilanjutkan dengan tradisi tuwuhan atau memetik buah pisang sebagai simbol awal mula perjalanan keluarga baru.
Tuwuhan tidak hanya berupa pisang, tetapi juga padi dan kelapa. Setelah itu, prosesi siraman dimulai di depan teras rumah. Saat itu, pihak keluarga meminta awak media untuk tidak meliput.
Setelah siraman, prosesi dilanjutkan dengan dodol dawet atau berjualan dawet yang dilakukan oleh kedua orangtua Selvi. Prosesi tersebut sebagai simbol acara pernikahan diberi kemeriahan dan banyak tamu yang datang.
Dalam kesempatan tersebut, Selvi menyempatkan diri untuk jumpa pers. Selvi memohon doaa agar semua lancar. "Mohon doanya saja semoga semua berjalan lancar," kata Selvi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.