Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hormati Leluhur, Warga Gelar Tradisi Nyadran

Kompas.com - 02/05/2015, 16:15 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Hujan gerimis tidak menyurutkan warga Dusun Sorobayan, Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, untuk menggelar Sadranan atau Nyadran, Sabtu (2/5/2015). Tradisi warisan leluhur ini rutin dilaksanakan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Ratusan warga, tua-muda, laki-laki-perempuan hingga anak-anak, berkumpul di halaman masjid setempat sejak pagi. Acara diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh ulama Dusun Sorobayan. Setelah itu mereka pun duduk berjajar di sepanjang jalan dusun dengan menggelar tikar dan daun pisang. Mereka lantas bersama-sama makan makanan yang telah dibawa dari rumah masing-masing.

Tampak kebersamaan dan keceriaan dalam kegiatan yang disebut dengan genduren (kenduri) ini. Menurut Sholeh, kepala Dusun Sorobayan, tradisi nyadran biasanya digelar setiap awal bulan Rajab, atau lebih kurang sebulan sebelum Ramadhan dalam kalender Islam. Nyadran bermakna sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta penghormatan kepada leluhur dusun yang terletak di kaki Gunung Merbabu ini.

"Tradisi ini rutin kami gelar sebagai simbol rasa syukur atas anugerah Tuhan yang telah diberikan kepada kami. Selain itu, sebagai momen untuk mendoakan nenek moyang kami, orang tua, dan saudara-saudara kami yang telah meninggal," jelas Sholeh, di sela-sela kegiatan.

Sholeh menjelaskan, selain oleh warga Dusun Sorobayan, tradisi ini juga diikuti warga dusun sekitarnya seperti Ngepos, Gondanglegi dan Canguk.

Sehari sebelumnya, warga melakukan ziarah ke makam orangtua atau saudara yang dimakamkan di pemakaman dusun setempat.

Nursalim, ulama Dusun Sorobayan, menambahkan bahwa nyadran merupakan salah satu upaya penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Walisongo dengan tanpa meninggalkan budaya lokal. Tradisi ini juga sebagai simbol kerukunan warga tanpa membedakan status sosial.

"Seluruh warga berdoa dan makan bersama, tidak peduli kaya atau miskin. (warga) yang masak ayam bisa memberi (warga) yang hanya masak tempe, begitu sebaliknya, kita saling memberi atau sodaqoh," ungkap Nursalim.

Meski tahun ini hujan, kata Nursalim, tidak menyurutkan antusias warga. Justru hujan lebih memberi hikmah tersendiri karena seluruh warga bisa berkumpul merapat di halaman dan jalan di sekitar masjid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com