"Saat perlombaan di Thailand dan Belgia, kopi Jawa Barat juara I dunia. Tapi sampai sekarang kopi terbaik itu masih diekspor dalam bentuk green beans," ujar Aher, demikian dia biasa disapa, dalam diskusi bersama Forum Diskusi Wartawan Ekonomi Bandung (Fordisweb), Selasa (22/4/2016) kemarin.
Green beans tersebut, sambung Aher, akan diolah oleh pihak asing dan kembali ke Indonesia dalam bentuk kopi bubuk dengan harga yang jauh lebih mahal. Kondisi ini tentunya sangat mengkhawatirkan, apalagi pihak asing tidak mau ekspor dalam bentuk jadi.
Menghadapi kondisi ini, Aher menginstruksikan membuat pengolahan kopi di Jawa Barat. Namun, pengolahan tidak akan berjalan maksimal jika warga Jabar tidak mencintai kopinya. "Makanya cintailah produk dalam negeri. Tahukah bahwa kopi sachet-an yang sering kita minum bukan kopi kualitas wahid? Padahal kitalah penghasil kopi kualitas dunia," ungkap Aher.
Sebagai salah satu bentuk promosi, Aher mengajak penduduk Jabar mengonsumsi kopi asli Jabar. Itu pula yang sudah dilakukan Aher. Dia mengaku mengonsumsi dua gelas kopi per hari.
Berhasil
Selanjutnya Aher menilai, Pemerintah sudah berhasil meningkatkan harga green beans. Dulu, biji kopi berkualitas itu hanya dihargai Rp 30.000 per kilogram. Hingga Pemerintah mengeluarkan merek dagang bernama 'Java Preanger Coffee'.
Setelah diberi merek, harga pun melonjak dari Rp 30.000 per kilogram menjadi Rp 120.000 per kilogram. Berdasarkan data yang diperoleh Kompas.com, salah satu kopi terbaik dunia berasal dari Kabupaten Bandung.
Setiap tahun, permintaan kopi di daerah itu terus meningkat. Namun Kab Bandung hanya mampu mengekspor tujuh ton kopi per bulan. Salah satu negara tujuan ekspor adalah Korea Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.