Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KAA 1955 yang Terselenggara Berkat “Rereongan” ...

Kompas.com - 13/04/2015, 11:23 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com – Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 terselenggara berkat rereongan atau gotong royong. Semangat perjuangan warga Bandung dan kecintaannya pada seorang pemimpin membuat mereka menawarkan diri memberikan bantuan.

“Dulu tidak ada anggaran untuk KAA, tapi semua warga menawarkan bantuannya. Yang bisa nembok, membantu nembok, yang bisa ngecat membantu ngecat, yang bisa masak menyiapkan makanan,” ujar salah satu pelaku sejarah, Abah Landung kepada Kompas.com, Senin (13/4/2015).

Alhasil, sambung Landung, warga Bandung berbondong-bondong membantu persiapan. Uniknya, semua yang dikerjakan tidak melalui perhitungan yang rumit dan canggih seperti sekarang. Bahkan dalam hal perbaikan bangunan maupun lantai, tukang bangunan hanya mengira-ngira.

Namun semua perhitungan mereka sangat tepat walau mereka tidak memiliki kemampuan matematika yang mumpuni. “Tukang bangunan mendatangi panitia, untuk panjang 10 meter (missal) diperlukan waktu 2 hari dengan berapa orang yang membantu. Meski tidak dihitung secara matematika, semua yang disampaikannya benar dan terbukti,” ucap dia.

Landung menjadi relawan pengepul mobil yang akan digunakan para delegasi. Saat itu, Landung berusia 23 tahun melihat ada pengumuman untuk menjadi panitia KAA. Tanpa pikir panjang, Landung mendaftar dan memilih tim yang mengumpulkan mobil. Tugasnya saat itu mendatangi warga Bandung yang memiliki mobil.

Dengan menggunakan sepeda, ia bertamu ke beberapa orang kaya di Bandung yang jumlahnya hanya puluhan. Landung mengenal semua orang-orang kaya tersebut. Karena profesinya sebagai guru privat membuatnya sangat mudah masuk ke orang kaya di Bandung.

“Semua orang kaya yang saya datangi meminjamkan mobilnya dengan sukarela. Mereka paham, warga Bandung harus menyukseskan KAA,” tutur lelaki kelahiran 1 Juli 1932 tersebut.

Mobil-mobil yang dipinjam ini menjadi tanggungjawab panitia. Bensinnya diisi panitia, sedangkan sopirnya adalah perwira Kepolisian yang tengah dididik di Jakarta. “Mobil-mobil itu digunakan Nasser, Choe En Lai, dan beberapa pemimpin negara lainnya. Sampai sekarang, sebagian besar mobil masih ada di Bandung,” tutupnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com