“Bu Rini, namun ternyata tanpa disengaja maaf tanpa disadari juga, pemerintahan yang lalu telah menciptakan mesin pembunuh bagi petani tebu di Indonesia, yakni pabrik gula rafinasi,” ujar Ketua APTRI Arum Sabil di hadapan Menteri BUMN.
Saat ini, kata Arum, ada 11 pabrik gula rafinasi di Indonesia, padahal dulu hanya 3 pabrik saja.
“Bagaimana tidak menjadi mesin pembunuh, dulu tiga pabrik gula rafinasi kapasitas produksinya 500 ribu ton setiap tahunnya, namun saat ini, 11 pabrik tersebut kapasitas produksinya mencapai 5 juta ton per tahun," ujar Arum.
Menurut dia, kebutuhan gula untuk industri makanan dan minuman hanya 2, 2 juta ton. "Lalu, mengapa harus berlebih seperti itu produksinya,” kata Arum.
Baca: Hampir 200.000 Ton Gula Rafinasi Tak Sesuai Peruntukan
Ia menambahkan, untuk kebutuhan gula konsumsi rumah tangga, sebenarnya produksi gula nasional sudah mencukupi.
“Kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga hanya 2,3 juta ton, sedangkan produksi gula kita nasional mencapa 2,5 juta ton. Artinya, untuk urusan kebutuhan rumah tangga sudah selesai, tinggal urusan industri,” ujar dia.
Arum mengajak seluruh petani tebu untuk tetap bersikap optimis, meskipun sejak dua tahun terakhir, kondisi perekonomian petani tebu terpuruk.
“Kita tidak boleh terus mengeluh, mari kita bangkit, agar di tahun ini kita bangkit dari keterpurukan itu,” kata dia.
Apa itu gula rafinasi? Baca: Rafinasi Vs Gula Kristal Putih