Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Menteri BUMN, Petani Tebu "Curhat" Pabrik Gula Rafinasi

Kompas.com - 07/04/2015, 22:53 WIB
Kontributor Jember, Ahmad Winarno

Penulis


JEMBER, KOMPAS.com
- Petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengeluh kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, terkait semakin meluasnya peredaran pabrik gula rafinasi di Indonesia. Keluhan itu disampaikan petani tebu saat berdialog dengan Rini di Padepokan Arum Sabil, Ketua APTRI, di Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (7/4/2015).

“Bu Rini, namun ternyata tanpa disengaja maaf tanpa disadari juga, pemerintahan yang lalu telah menciptakan mesin pembunuh bagi petani tebu di Indonesia, yakni pabrik gula rafinasi,” ujar Ketua APTRI Arum Sabil di hadapan Menteri BUMN.

Saat ini, kata Arum, ada 11 pabrik gula rafinasi di Indonesia, padahal dulu hanya 3 pabrik saja.

“Bagaimana tidak menjadi mesin pembunuh, dulu tiga pabrik gula rafinasi kapasitas produksinya 500 ribu ton setiap tahunnya, namun saat ini, 11 pabrik tersebut kapasitas produksinya mencapai 5 juta ton per tahun," ujar Arum.

Menurut dia, kebutuhan gula untuk industri makanan dan minuman hanya 2, 2 juta ton. "Lalu, mengapa harus berlebih seperti itu produksinya,” kata Arum.

BacaHampir 200.000 Ton Gula Rafinasi Tak Sesuai Peruntukan

Ia menambahkan, untuk kebutuhan gula konsumsi rumah tangga, sebenarnya produksi gula nasional sudah mencukupi.

“Kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga hanya 2,3 juta ton, sedangkan produksi gula kita nasional mencapa 2,5 juta ton. Artinya, untuk urusan kebutuhan rumah tangga sudah selesai, tinggal urusan industri,”  ujar dia.

Arum mengajak seluruh petani tebu untuk tetap bersikap optimis, meskipun sejak dua tahun terakhir, kondisi perekonomian petani tebu terpuruk.

“Kita tidak boleh terus mengeluh, mari kita bangkit, agar di tahun ini kita bangkit dari keterpurukan itu,” kata dia. 

Apa itu gula rafinasi? Baca: Rafinasi Vs Gula Kristal Putih

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com