Kepala Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Tual, Mukhtar, mengungkapkan, korban tidak menjalani perawatan di rumah sakit namun hanya dirawat di rumah penampungan ABK.
“Dia tidak dibawa ke rumah sakit, dia hanya dirawat oleh petugas medis di rumah penampungan,” kata Mukhtar via telepon seluler, Selasa (7/4/2015).
Dia menjelaskan, kondisi ABK tersebut memang tidak ceria seperti kondisi ratusan ABK lainnya. ABK tersebut tampak murung dan tidak mau berbicara. Mukhtar menduga ABK itu mengalami depresi berat lantaran selama berada di Benjina, Kepulauan Aru dia selalu mendapat intimidasi.
“Saya lupa namanya. Tapi dia kelihatan sangat depresi, dia terus murung. Bisa saja karena tertekan dan terintimidasi selama ini,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, tiga ABK korban perbudakan asal Myanmar yang saat ini ditampung di ruang penampungan PPN Tual juga dilarikan ke RS Langgur Maluku Tenggara karena sakit.
Para ABK itu diketahui dalam kondisi sakit parah sehingga harus menjalani perawatan di rumah sakit lantaran terserang penyakit pada usus dan saluran kencing. Diduga kuat, penyakit yang diderita para ABK itu juga karena praktik perbudakan yang dialami mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.