Berbagai bentuk dan ukuran ogoh-ogoh dari berbagai banjar atau desa adat di seluruh Bali, sudah terlihat di berbagai sudut di Kota Denpasar pagi ini. Biaya pembuatannya pun dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah.
“Ya ini wujud dari kreasi kami saja, bentuk dan ukuran memang tidak sama dengan lainnya, tapi inilah hasil karya kami yang nantinya akan kami arak keliling kota,” kata Dek Jun, salah satu pemuda Kota Denpasar, pagi tadi.
Sementara, Polresta Denpasar sudah mengantisipasi pengamanan jalannya acara arak-arakan ogoh-ogoh yang tentunya akan menutup beberapa ruas jalan. Pihak kepolisian bekerjasama dengan Dinas Perhubungan, Satpol PP dan Pecalang Desa adat masing-masing wilayah.
“Tetap kita akan kerahkan pasukan untuk pengamanan malam pengerupukan (arak-arakan ogoh-ogoh). Kami sudah petakan wilayah mana saja yang bisa dilalui dan jangan sampai benturan atau bertabrakan antara ogoh-ogoh yang diarak, tidak boleh melalui batas wilayah, biar tidak ada gesekan,” kata Kapolresta Denpasar, Kombes Pol Djoko Hari Utomo.
Dalam hal ini desa adat punya peran besar untuk memantau langsung warganya agar pelaksanaan arak-arakan berjalan aman, lancar, dan kondusif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.