Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Suara Anginnya Kencang Sekali, kayak Mau Kiamat"

Kompas.com - 12/11/2014, 11:17 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com — Sunaryo (50) nyaris kehilangan nyawa setelah ia tertimpa rumahnya yang ambruk akibat diterjang angin puting beliung, Selasa (11/11/2014) sore. Namun, warga Dusun Sembungan, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, itu berhasil selamat setelah merangkak di antara reruntuhan.

Sunaryo mengatakan, sore itu hujan turun lebat dan disertai angin kencang. Saat itu, dia sedang bersama sang anak, Anang Seyawan (13), di dalam rumah. Mereka lantas keluar untuk menyelamatkan belasan burung kesayangannya dan sempat membenahi pagar luar rumah yang sedikit rusak. Sunaryo juga sempat mengumandangkan azan.

"Saya bawa masuk burung-burung ke dalam rumah. Lalu, saya azan, berharap semua baik-baik saja. Tetapi, tiba-tiba hujan semakin lebat, angin juga semakin kencang disertai suara gemuruh. Lalu, saya azan lagi, belum selesai azan yang terakhir, rumah saya ambruk," tutur Sunaryo, Selasa.

Sebelum rumahnya roboh, Sunaryo mengaku melihat tiang rumahnya terangkat dan condong miring. Seketika itu juga, rumahnya yang sebagian besar terbuat dari papan kayu itu ambruk rata dengan tanah, sedangkan Sunaryo dan anak semata wayangnya tertimpa reruntuhan itu.

"Saya sempat tak sadarkan diri saat blandar (kuda-kuda) rumah menimpa kepala saya. Namun, saya terus sadar dan berusaha menyelamatkan anak saya. Anak saya tiarap dan merangkak keluar dari reruntuhan. Beruntung tangan saya masih bisa mengambil kayu untuk menahan reruntuhan dan saya ikut merangkak keluar," katanya.

Sunaryo lalu dilarikan ke Puskesmas Borobudur. Ia mengalami luka sobek di kepala dan mendapat enam jahitan, sedangkan anaknya mengalami luka memar di kepala. Selain itu, harta benda berupa sepeda motor, lima sepeda onthel juga rusak tertimpa konstruksi rumah. Bahkan, 11 burung miliknya hilang pasca-kejadian itu.

Dia menaksir kerugian yang dialaminya mencapai sekitar Rp 15 juta. Kendati demikian, Sunarnyo mengaku bersyukur karena masih selamat meski rumah kayu milik orangtuanya itu ambruk.

Hal yang sama juga dialami Tarwadi (50), warga Dusun Tidaran, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, yang rumahnya ambruk rata dengan tanah. Saat kejadian itu, dia dan istrinya, Haryuni (40), langsung menyelamatkan diri karena berada di luar rumah miliknya.

Tarwadi juga sempat mengumandangkan azan saat angin yang menurutnya mengerikan itu bergulung-gulung menyapu semua pepohonan dan rumah yang ada di sekitarnya. Dia bahkan merasa seperti kiamat saat angin itu kemudian merobohkan rumahnya yang terbuat dari papan kayu.

"Suaranya keras sekali dan kencang, kayak mau kiamat," tutur Tarwadi.

"Saya sudah lemas dan tidak bisa banyak bicara setelah angin itu merobohkan rumah saya. Semoga pemerintah memberikan santunan kepada saya," tambahnya.

Pemerintah Desa Kembanglimus mencatat ada sekitar 109 rumah yang mengalami kerusakan akibat bencana ini. Lima dusun yang diterjang angin ini ialah Wonotigo, Bumen, Sembungan, Gombong, dan Tidaran. Selain Sunaryo dan Tarwadi, satu rumah milik Dasmi juga roboh, rata dengan tanah. Ratusan pepohonan juga tumbang hingga menyebabkan kemacetan lalu lintas. Hingga berita ini ditulis, listrik di kawasan Borobudur dan sekitarnya juga masih padam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com