Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Pergelaran Jazz di Ijen, Pegiat Kirim Surat ke Menteri

Kompas.com - 07/11/2014, 08:48 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Pergelaran Jazz Ijen Banyuwangi yang rencananya akan digelar Sabtu (8/11/2014) di wilayah Gunung Ijen oleh Pemkab Banyuwangi ditolak oleh pegiat lingkungan Banyuwangi's Forum For Environmental Learning (BaFFEL).

"Kami sudah mengirimkan surat ke Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan karena penyelenggaraan musik jazz tersebut berada di lingkungan konservasi Gunung Ijen," kata Arie Restu, Koordinator BaFFEL, Jumat (7/11/2014).

Arie menilai, acara "Jazz Ijen" tidak pantas diadakan di kawasan konservasi yang baru saja terbakar. Berdasarkan data Balai Konservasi Sumber Daya (BKSDA) Seksi V Banyuwangi, Arie menjelaskan areal yang terbakar pada tanggal 14-18 Oktober 2014 diperkirakan seluas 150 hektar.

Sementara untuk kebakaran yang terjadi pada 30-31 Oktober, dalam data BKSDA Seksi V Banyuwangi dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi tercatat, areal yang terbakar di Gunung Merapi Ungup-Ungup sedikitnya 50 hektar.

"Jika tujuannya menggalang dana bagi penambang belerang dan warga yang terdampak kebakaran hutan, acara tidak harus dilakukan di kawasan kosnservasi yang baru saja terbakar. Apa urgensinya?" kata Arie.

Selain itu, menurut Arie, bulan November adalah titik puncak migrasi bagi beberapa jenis raptor migran. Sikep-madu Asia (Pernis ptilorhynchus) akan melakukan migrasi musim dingin pada rentang Oktober-November, sementara pada rentang September-November Alap-alap Nipon (Accipter gularis) akan melakukan migrasi.

Baik Sikep-madu Asia maupun Alap-alap Nipon keduanya memiliki puncak migrasi di bulan November, dan cagar alam Kawah Ijen Merapi Ungup-Ungup merupakan kawasan penting bagi migrasi kedua raptor tersebut.

"Sedikit banyak acara tersebut akan berpengaruh terhadap migrasi raptor lindung di kawasan konservasi kawah Ijen. Apalagi Jazz Ijen akan menjadikan Ijen menjadi wisata massal," tegasnya.

Belum lagi, sejak tahun 1999, kawasan Gunung Raung, Gunung Ijen, Gunung Merapi Ungup-Ungup, dan Maelang merupakan koridor ekologi dan lanskap penting bagi Harimau Jawa dan terdata pada tahun 2005, Macan Tutul Jawa tersisa hanya 65 ekor.

Untuk itu ia berharap dengan mengirimkan surat ke Kementerian Linkungan Hidup dan Kehutanan, ada instruksi kepada Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur agar tidak memberikan izin ataupun rekomendasi kepada Pemkab Banyuwangi untuk menyelenggarakan “Ijen Jazz” di area konservasi.

"Selain itu kami juga mendesak agar kementerian terkait untuk tidak menjadikan konsep wisata massal sebagai konsep pengembangan dan pengelolaan wisata di cagar alam Kawah Ijen," kata dia.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menegaskan jika acara Jazz Ijen merupakan "pemanasan" sebelum Banyuwangi Beach Jazz Festival yang akan digelar pada 6 Desember 2014. "Banyuwangi Beach Jazz Festival mengambil potensi pantai dan sudah masuk dalam Banyuwangi Festival. Nah kalau yang digelar di Gunung Ijen ini lebih untuk tujuan kemanusiaan. Intinya adalah bermusik sekaligus beramal," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Bupati juga menegaskan jika acara yang digelar di wilayah Gunung Ijen tersebut tidak menggunakan dana dari APBD, tetapi dari pihak ketiga.

***
Baca juga: Banyuwangi Gelar Jazz Kemanusiaan di Ijen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com