Rumah Sakit Umum (RSU) Pelem di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menghabiskan dana jutaan rupiah untuk menangani seorang pasien yang diduga mengidap virus Ebola. Pasien berinisial GN (46) dirawat di ruangan khusus di rumah sakti tersebut. Dia mulai masuk rumah sakit pada 31 Oktober lalu. Penanganannya dilakukan oleh tiga dokter spesialis, yaitu patologi klinis, paru-paru, serta spesialis penyakit dalam. Setiap kali kunjungan pemeriksaan kepada pasien, petugas medis wajib mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Pakaian tersebut hanya satu kali pakai demi mencegah penyebaran virus.
"Dalam sehari saja kami menyiapkan 10 ADP," kata Wakil Direktur RSUD Pelem, dr Sulistyono, Senin (3/11/2014) tanpa mengungkapkan jumlah pasti biaya yang dikeluarkan rumah sakit selama penanganan pasien.
Sulistyono menambahkan, meski memakan biaya mahal, namun itu adalah konsekuensi pelayanan rumah sakit. Biayanya diambilkan dari pos anggaran khusus yang selalu disiapkan rumah sakit dalam mengantisipasi kejadian luar biasa.
Dia menambahkan, rumah sakit senantiasa siap menerima pasien apapun. Untuk keperluan pasien khusus, pihaknya menyediakan dua ruangan karantina.
"Ruangan itu bekas persiapan penanganan pasien flu burung dulu," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, GN diduga mengidap virus Ebola karena dia baru pulang dari Liberia dan menderita nyeri telan dan demam. Liberia dikenal sebagai salah satu wilayah endemis Ebola sehingga penanganan terhadap pasien tersebut diperketat.
Sepanjang perawatan, GN telah menjalani 3 kali pemeriksaan spesimen untuk memastikan positif atau negatif terpapar virus Ebola. Menteri Kesehatan, Nila Moeloek dalam pernyataannya kepada wartawan menyatakan bahwa pasien terduga Ebola di Kediri dan Madiun negatif dari virus Ebola. Namun pihak RSUD Pelem tidak mau gegabah memulangkan pasien karena belum mendapat salinan hasil uji lab secara keseluruhan.