Tujuh Lokalisasi Akan Ditutup, Pengelola Pasrah, Mucikari Menolak

Menurut pengelola lokalisasi Suko, Purnomo, pihaknya sudah pasrah atas rencana pemerintah Kabupaten Malang, yang akan menutup semua lokalisasi.

"Saya pasrah. Tak bisa berbuat apa-apa," ujarnya di kompleks Suko, Kamis (4/9/2014).

Namun, jika pemerintah sudah final akan menutup lokalisasi pada 28 November 2014 mendatang, pemerintah diharapkan memikirkan mas depan para PSK, mucikari dan warga yang penghasilannya dari lokalisasi Suko.

"PSK, mucikari dan pemilik warung harus dipikirkan," katanya.

Warga, lanjutnya, jelas butuh makan.

"Tolong hal itu dipikirkan soal nasib warga. Harapan saya begitu pada pemerintah," harapnya.

Ditanya mengenai sudah ada pembekalan keterampilan kepada warga, para PSK dan mucikari, Purnomo mengaku belum ada.

"Kita baru di data oleh pemerintah daerah. Katanya memang mau ada pelatihan keterampilan usaha. Tapi saya tidak tahu kapan akan dilakukan," katanya.

Sementara itu, seorang mucikari yang enggan disebutkan namanya mengatakan, pihak tegas menolak penutupan lokalisasi Suko.

"Saya tegas menolak. Jika ditutup mau makan apa kita ini," katanya.

Namun, dirinya tetap menyerahkan pada kesepakatan warga, PSK dan seluruh mucikari serta pengelola.

"Saya ikut saja. Yang jelas, saya menolak penutupan," kata perempuan berambut pirang itu.

Di lokalisasi Suko terdapat 37 Kepala keluarga (KK). Dari jumlah itu, 50 persen asli warga setempat. Sebanyak 50 persen pendatang. Total PSK sebanyak 90 orang. Mayoritas PSK di lokalisasi Suko adalah pendatang.

Sebelumnya diberitakan, ada tujuh lokalisasi yang akan ditutup, di antaranya lokalisasi Suko, Kecamatan Sumberpucung, Slorok, Kecamatan Kromengan, Kebobang, Kecamatan Wonosari, Girun Kecamatan Gondanglegi, Embong Miring Kecamatan Ngantang, Kandang Sapi, Kecamatan Gondanglegi dan Sumbermanjing Wetan, di Kecamatan Sumbermancing Wetan.