Ini Penyebab Longsor yang Tewaskan Sopir di Lereng Merapi

Hal tersebut dikemukakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Joko Sudibyo, seusai meninjau lokasi longsor, Senin (25/8/2014) siang.

“Air irigasi di atas tebing yang meresap ke dalam tanah membuat tanah menjadi lunak , tekstur tanah jadi mudah longsor, sedangkan kemiringan tebing yang nyaris 90 derajat, kemudian dipicu oleh getaran-getaran dari truk maupun alat berat penambang di bawah tebing (sungai Pabelan),” ujar Joko.

Oleh karena itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat, khususnnya para penambang pasir, untuk sementara tidak melakukan aktivitas apapun di sekitar lokasi tersebut. Karena dikhawatirkan terjadi longsor susulan yang bisa jadi lebih besar lagi.

“Dari pantauan kami, pasca-longsor tadi masih banyak air irigasi yang terlihat meresap di tebing, hal itu dikhawatirkan bisa memicu longsor lagi. Untuk itu kami imbau aktivitas penambangan dihentikan untuk sementara,” tutur Joko.

Selain di lokasi tersebut, lanjut Joko, ada banyak tebing curam di sepanjang sungai yang berhulu di gunung Merapi itu. Tebing-tebing setinggi kira-kira 70-100 meter itu memiliki struktur tanah dan kemiringan yang hampir sama dengan tebing yang longsor. Peristiwa yang merenggut korban jiwa itu bukan tidak mungkin akan terjadi lagi.

“Peristiwa longsor serupa bisa saja terjadi lagi, tergantung pemicunya, semakin banyak pemicu potensi longsor susulan juga semakin besar,” tandas Joko.

Seperti diberitakan, enam truk pasir tertimbun tanah dan bebatuan yang longsor dari tebing di bantaran sungai Pabelan, di Dusun Wonogiri Kidul, Desa Kapuhan, Kecamatan Sawangan, Kabuaten Magelang, sekitar pukul 07.00 WIB, Senin (25/8/2014). Akibat tebing setinggi 70 meter dengan lebar 50 meter itu longsor, satu sopir meninggal dunia (baca selengkapnya: Enam Truk Tertimbun Longsor, Satu Sopir Tewas).