Pawang-pawang monyet itu mengaku tidak punya pilihan lain, kecuali menggelar pertunjukan, yang mendapat tentangan dari masyarakat dan pencinta satwa karena dinilai melakukan eksploitasi satwa.
Seperti yang dilakukan Mujiono dan sejumlah rekannya. Mereka memilih hijrah ke Pinrang. Di kota baru ini, mereka menggelar pertunjukan topeng monyet dari kampung ke kampung.
Menurut Mujiono, animo masyarakat, terutama anak-anak di Pinrang, cukup besar. Anak-anak itu bahkan mengekor di belakangan si pawang. "Hasilnya lumayan. Cuma 10 menit pertunjukan, saya bisa dapat saweran sampai Rp 50.000," kata Mujiono saat menggelar pertunjukan di Desa Datae, Kecamatan Lembang, Pinrang, Selasa (12/11/2013).
Mujiono dan monyetnya kemudian bergeser sejauh beberapa meter untuk pertunjukan topeng monyet lagi. Di akhir pertunjukan, dia mengedarkan kaleng untuk mengumpulkan uang dari penonton.
Mujiono mengatakan, dia tidak punya keahlian lain selain menjadi pawang topeng monyet, sementara kebutuhan hidup tidak bisa ditunda. "Saya punya anak dan istri yang harus dihidupi," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.