Kedua tarian itu merupakan karya dua raja Yogyakarta. Tari Bedhaya Manten diciptakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Tari Lawung Agung karya Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Baik Bedhaya Manten maupun Lawung Ageng hanya ditampilkan pada acara-acara tertentu. Tari Bedhaya Manten dibawakan enam penari perempuan yang masih perawan. Dua penari berperan sebagai sepasang pengantin, sementara empat lainnya diisi penari serimpi. Tarian ini menggambarkan perjalanan seseorang menuju gerbang rumah tangga.
Sementara itu Tari Lawung Ageng dibawakan 12 penari pria yang menunjukan patriotisme yang tertanam dalam sanubari. Tarian ini juga merupakan simbolisasi para prajurit keraton yang sedang berlatih perang.
Dalam Tari Lawung Agung, ditampilkan gerakan latihan perang-perangan atau adu ketangkasan. Para penari membawa lawung, yakni tongkat panjang berukuran 3 meter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.