Pasalnya, setelah hanya bisa terbaring di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSHS Bandung selama dua pekan lebih pascaoperasi pemisahan bayi parasit yang menempel dan keluar dari dalam mulut, Yani akhirnya bisa menggendong Ginan.
"Alhamdulillah Pak, kemarin sudah bisa diais (digendong)," kata Yani di ruang tunggu RSHS Bandung, Jumat (18/10/2013).
Diceritakan Yani saat pertama kali menggendong Ginan, Kamis (17/10/2013) sore kemarin, Ginan menangis cukup keras di dalam kotak inkubator. Meski sudah dibelai, tangisan Ginan tak kunjung berhenti. Yani pun kaget ketika perawat langsung mempersilakan Yani untuk menggendong putra ketiganya itu.
Dengan agak gemetar Yani langsung menggendong Ginan dalam pelukannya. Mukjizat terjadi, tangisan Ginan hilang dalam hangatnya pelukan sang ibu. "Pas digendong langsung bobo (tidur) Ginannya. Alhamdulillah saya sudah tenang sekarang," ucap Yani terurai senyum.
Yani pun mengaku ingin setiap hari menggendong anaknya itu. "Sekarang saya setiap hari di rumah sakit biar bisa gendong Ginan," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, Ginan Septian Nugraha terlahir dengan kondisi kembar siam parasit. Saudara kembarnya yang memiliki bentuk tidak sempurna menempel dan keluar dari mulut bayi yang sehat.
Dokter menyebut bayi parasit tersebut sebagai tumor epignathus teratoma. Setelah dilakukan operasi pemisahan, mulut Ginan tidak bisa menutup lantaran rahang bawahnya terbiasa menahan beban kembarannya yang bersifat parasit itu. Sendi rahang Ginan tidak berada pada tempatnya.
---
Informasi penyaluran bantuan untuk Keluarga Ginan Septian Nugraha dapat menghubungi e-mail: redaksikcm@kompas.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.