"Tidak ada satu korban yang tertembak peluru tajam. Tidak ditemukan adanya korban luka tembak peluru tajam, polisi tidak melakukan itu," tegas Martinus saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (26/6/2013).
Martinus mengakui memang ada korban yang terluka dalam insiden itu, tetapi bukan karena tertembak oleh aparat kepolisian, melainkan terkena terkena lemparan batu. Menurut dia, jumlahnya pun bukan 4 sampai 5 orang, melainkan hanya 3 warga.
"Jadi mereka itu bukan tertembak polisi, tapi ketiga korban itu terkena lemparan batu. Memang pada awalnya, aksi unjuk rasa berlangsung damai, tapi akhirnya jadi anarkis. Para pendemo ricuh dan saling melempar batu," jelasnya.
Martinus kembali menegaskan bahwa insiden penembakan kepada pendemo itu tidak benar. Menurutnya, polisi memang meletuskan senjata peringatan, namun bukan ke pendemo, melainkan ke atas, dengan peluru karet dan gas air mata.
"Jadi ditegaskan, kita tidak menembak pendemo. Kita memang meletuskan senjata, tapi itu kita maksudkan sebagai tembakan peringatan untuk membubarkan pendemo yang ricuh," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, 4 sampai 5 orang mengalami luka akibat diduga tertembak aparat saat berusaha membubarkan massa di Cianjur, Jawa Barat. Para korban mendapatkan perawatan medis di puskesmas terdekat.