SENTANI, KOMPAS.com - Mengenakan seragam Polri, Bripda Lince Huby (24) tampak menunggu di Panti Asuhan Putri Kerahiman Hawai, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Kamis (23/5/2024).
Sambil tersenyum, Lince menyapa jurnalis Kompas.com di halaman panti asuhan. Selang beberapa menit kemudian, datang juga Pembina Panti Asuhan Putri Kerahiman, Sr. Alexia.
Baca juga: Cerita Polwan Bawa Anak Saat Amankan Pusat Perbelanjaan di Makassar
Lince kemudian bercerita tentang impiannya menjadi seorang wanita (polwan) yang kini telah dia wujudkan.
“Saya termotivasi menjadi Polwan saat masih SMP. Waktu itu, ada kaka Polwan bernama Tersa dari Gereja Katolik Paroki Musadfak, Wamena, datang dan memberikan motivasi kepada kami,” ungkapnya kepada Kompas.com, Kamis.
Motivasi menjadi polwan tumbuh dikala perempuan kelahiran 1 April 2000 ini masih mengenyam pendidikan di SMP Negeri 1 Musadfak, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan.
Baca juga: Selingkuh dengan Polwan, Kapolsek di NTT Ditangkap
Usai menyelesaikan pendidikan SMP tahun 2017, alumnus SD YPPK Asologaima, Wamena, ini diantar oleh Pastor Ifan Simamora untuk melanjutkan pendidikan di SMA Katolik Santo Antonius Padua, Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
“Sambil saya sekolah di SMA Katolik Antonius Padua, saya tinggal di Asrama Putri Santo Antonius Padua yang berada tak jauh dari sekolah,” ucapnya.
Di Asrama Putri Santo Antonius Padua ini dia hanya tinggal setahun, yakni 2017 hingga 2018, sebelum pindah ke Panti Asuhan Putri Kerahiman.
Saat di Panti Asuhan Putri Kerahiman, Lince tidak tidur di wisma bersama-sama dengan penghuni panti asuhan lainnya, ia justru disiapkan satu kamar bersama-sama dengan Sr. Alexia dan para pembina panti asuhan lainnya.
“Saat saya pindah ke Panti Asuhan Putri Kerahiman, saya tidak ditempatkan di wisma bersama ade-ade yang SMP dan SMA, tetapi justru bersama-sama dengan para suster di panti asuhan,” kata Lince.
Baca juga: Satu Anggota KKB Tewas Tertembak di Paniai Papua Tengah
Selama tinggal di Panti Asuhan Putri Kerahiman, anak dari pasangan Yanses Huby dan Tosina Wetipo ini harus membiasakan dirinya bangun jam 04.00 WIT setiap harinya.
“Saya harus bangun subuh-subuh, karena masak makanan buat adik-adik makan pagi di panti asuhan. Setelah itu, baru saya ke sekolah,” tuturnya.
Tak hanya mengurus makan dan minum di panti asuhan, alumnus SMA Katolik Santo Antonius Padua ini juga harus melanjutkan aktivitas masak di dapur setelah sekolah.
Kemudian memberikan makanan kepada babi dan ayam yang dipelihara di kandang belakang panti asuhan.
“Saya juga bersama adik-adik membersihkan kebun. Ini merupakan tugas-tugas saya setiap hari di panti asuhan,” kisahnya.