Salin Artikel

Kisah Bripda Lince Huby, Perempuan Papua yang Wujudkan Cita-cita Jadi Polwan

Sambil tersenyum, Lince menyapa jurnalis Kompas.com di halaman panti asuhan. Selang beberapa menit kemudian, datang juga Pembina Panti Asuhan Putri Kerahiman, Sr. Alexia.

Lince kemudian bercerita tentang impiannya menjadi seorang wanita (polwan) yang kini telah dia wujudkan.

“Saya termotivasi menjadi Polwan saat masih SMP. Waktu itu, ada kaka Polwan bernama Tersa dari Gereja Katolik Paroki Musadfak, Wamena, datang dan memberikan motivasi kepada kami,” ungkapnya kepada Kompas.com, Kamis.

Motivasi menjadi polwan tumbuh dikala perempuan kelahiran 1 April 2000 ini masih mengenyam pendidikan di SMP Negeri 1 Musadfak, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan.

Usai menyelesaikan pendidikan SMP tahun 2017, alumnus SD YPPK Asologaima, Wamena, ini diantar oleh Pastor Ifan Simamora untuk melanjutkan pendidikan di SMA Katolik Santo Antonius Padua, Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

“Sambil saya sekolah di SMA Katolik Antonius Padua, saya tinggal di Asrama Putri Santo Antonius Padua yang berada tak jauh dari sekolah,” ucapnya.

Di Asrama Putri Santo Antonius Padua ini dia hanya tinggal setahun, yakni 2017 hingga 2018, sebelum pindah ke Panti Asuhan Putri Kerahiman.

Saat di Panti Asuhan Putri Kerahiman, Lince tidak tidur di wisma bersama-sama dengan penghuni panti asuhan lainnya, ia justru disiapkan satu kamar bersama-sama dengan Sr. Alexia dan para pembina panti asuhan lainnya.

“Saat saya pindah ke Panti Asuhan Putri Kerahiman, saya tidak ditempatkan di wisma bersama ade-ade yang SMP dan SMA, tetapi justru bersama-sama dengan para suster di panti asuhan,” kata Lince.

Selama tinggal di Panti Asuhan Putri Kerahiman, anak dari pasangan Yanses Huby dan Tosina Wetipo ini harus membiasakan dirinya bangun jam 04.00 WIT setiap harinya.

“Saya harus bangun subuh-subuh, karena masak makanan buat adik-adik makan pagi di panti asuhan. Setelah itu, baru saya ke sekolah,” tuturnya.

Tak hanya mengurus makan dan minum di panti asuhan, alumnus SMA Katolik Santo Antonius Padua ini juga harus melanjutkan aktivitas masak di dapur setelah sekolah.

Kemudian memberikan makanan kepada babi dan ayam yang dipelihara di kandang belakang panti asuhan.

“Saya juga bersama adik-adik membersihkan kebun. Ini merupakan tugas-tugas saya setiap hari di panti asuhan,” kisahnya.

Selama dua tahun tinggal di panti asuhan, anak kedua dari empat bersaudara ini mampu melaksanakan tanggung jawab yang diberikan oleh pembina panti asuhan dengan baik.

Apalagi banyak pengalaman yang ia dapatkan selama menjadi penghuni di panti asuhan tersebut.

“Setelah tamat SMA pada tahun 2020, saya mau tes polwan, tapi karena sakit, makanya saya tidak sempat tes dan harus bekerja selama 1 tahun membuat hosti di Biara Waena, Kota Jayapura,” ujar Lince.

Pada tahun 2021, dia kembali mengikuti tes polwan dan dinyatakan lulus serta mengikuti pendidikan selama 5 bulan di Jakarta.

Setelah itu, Lince kembali ke Jayapura dan mendapatkan pelatihan di SPN Jayapura, sebelum dikirimkan bertugas di Polres Supiori di bagian Satuan Sabhara selama 1 tahun.

“Saya bertugas selama 2,5 tahun di Polres Supiori di bagian Sabhara dan Lalu Lintas sebelum resmi dipindahkan pada 4 hari yang lalu ke Polres Jayapura di bidang yang sama, yakni Satuan Lalu Lintas,” jelasnya.

"Saya ditelepon oleh bagian Humas Polda Papua dan video call dengan bapak Kapolda. Saat itu juga bapak Kapolda memerintahkan saya pindah dari Polres Supiori ke Polres Jayapura, lanjutnya.

Pengalaman di panti asuhan, kata Lince sangat bermanfaat bagi dirinya selama bertugas di institusi kepolisian. Misalnya, kebiasaan bangun pagi dan mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh pimpinan dengan baik.

“Sangat bermanfaat sekali, saat tinggal di panti asuhan, karena saya bisa mempraktikkannya dalam tugas keseharian saya sebagai anggota polisi saat ini,” katanya.

Pembina Panti Asuhan Putri Kerahiman, Sr. Alexia memiliki penilaian tersendiri kepada Lince selama menjadi penghuni di panti asuhan.

Menurut Sr. Alexia, Lince mampu mendengarkan dan melaksanakan apa yang disampaikan oleh para pembina panti asuhan, terutama tugas dan tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan baik.

“Lince sangat disiplin dan lincah. Kami melihat Lince masuk di panti asuhan dengan cita-cita yang tinggi,” kisahnya.

Sr. Alexia mengatakan, selama menjadi penghuni panti asuhan, Lince sangat tekun dengan tugasnya adalah memasak di dapur.

"Dari sekian anak yang saya lihat. Lince yang terbaik. Kesiapsediaaan yang paling penting. Inilah yang dilakukan anak Lince selama ada di panti asuhan," ucapnya.

Sr. Alexia sangat bahagia dan senang ketika pertama kali mendengar Lince lulus dan menjadi polisi. Apalagi saat pelantikan menjadi polisi ia menyempatkan diri menghadirinya secara langsung.

“Saya terharu dan bahagia, karena anak Lince bisa mewujudkan cita-citanya,” ungkapnya sambil meneteskan air mata.

Sr. Alexia berharap, panti asuhan anak-anak menjadikan Lince sebagai contoh dan motivasi, guna mewujudkan masa depannya, baik menjadi polwan maupun bidang-bidang lainnya.

“Kami mengharapkan anak-anak di panti asuhan ini menjadi Anak Lince sebagai motivasi mereka, guna meraih masa depan dan cita-citanya ke depan,” harap suster yang sudah puluhan tahun berada di Papua ini.

https://regional.kompas.com/read/2024/05/24/082432178/kisah-bripda-lince-huby-perempuan-papua-yang-wujudkan-cita-cita-jadi-polwan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke