GROBOGAN, KOMPAS.com - Ketua Komite Shifting Energy dan EBTKE Pengurus Pusat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Handoko Teguh Wibowo menyampaikan, muntahan lumpur pascagempa adalah hal yang lazim terjadi di beberapa Gunung Lumpur, termasuk "Baby Volcano" atau "Bledug Cangkring" di Desa Grabagan, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Bahkan, kata Handoko, di beberapa peristiwa alam serupa muncul di rekahan tanah.
Tidak hanya lumpur, bahkan peningkatan debit air yang keluar juga sering dijumpai pascagempa.
"Hal ini terjadi karena adanya tekanan berlebih (over pressure) yang diakibatkan rambatan gelombang gempa yang terjadi di bawah kawah Mud Volcano (Gunung Lumpur)," terang jebolan (S1) Jurusan Teknik Geologi UGM dan (S2) Marine Geology and Geophysic, Oregon State University, USA ini saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin (25/3/2024).
Baca juga: Mengintip Munculnya Lubang Misterius Diduga Sinkhole di Gunungkidul dan Purworejo...
Menurut Handoko, dari over pressure efek gempa yang mengguncang dasar kawah Mud Volcano (Gunung Lumpur) menyebabkan lepasnya (release) tekanan dari bawah menuju atas melalui celah berupa kawah yang diikuti air dan lumpur dalam volume yang banyak.
"Fasenya seperti itu," katanya lagi.
Tentunya, sambung Handoko, ketika ada gempa berkekuatan besar terjadi, fenomena semburan lumpur cair dari Gunung Lumpur tak terkecuali "Baby Volcano" dimungkinkan muncul lagi.
"Hal ini bisa berulang kembali ketika magnitudo gempa cukup besar dan menimbulkan tekanan berlebih," ungkap Kasubpokja Penanganan dan Penutupan Semburan di Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (2007-2009) ini.
Baca juga: Hujan Deras, Dua Lubang Diduga Sinkhole Muncul di Gunungkidul
Sesuai hasil riset, kata Handoko, kandungan belerang di Bledug Kuwu dan Baby Volcano di Kabupaten Grobogan yang masih satu kawasan itu tercatat tidak berbahaya.
Hanya saja, menurut Handoko, hal yang perlu diwaspadai yakni material erupsi yang keluar dengan debit tinggi yang berujung menggenangi persawahan atau bahkan permukiman.
"Kalau hasil uji laboratorium kandungan belerang di Bledug Kuwu dan Baby Volcano itu sama karena masih satu kompleks. Kandungan belerang yang dikeluarkan masih di bawah ambang dan masih aman untuk manusia," jelas dia.
Baca juga: Baby Volcano di Grobogan Bergejolak Usai Gempa Tuban, Semburan Lumpur Meluber hingga 100 Meter
Dijelaskan Handoko, keberadaan gunung lumpur di Bledug Kuwu, Bledug Cangkring (Grobogan), dan Oro Oro Kesongo (Blora) mengindikasikan jika di lokasi tersebut bersemayam minyak dan gas.
Adapun lokasi gunung lumpur jamak ditemui di Kabupaten Grobogan, Blora, Rembang dan beberapa kabupaten di Jatim (zona kendeng).
Sementara di Indonesia, mud volcano eruption yang masih sering dijadikan bahan perbincangan berlokasi di Sidoarjo, Jawa Timur.
Baca juga: Sering Terjadi Sinkhole, Begini Penjelasan dan Imbauan BPBD Purworejo
Mud volcano di Sidoarjo bersuhu 100 derajat celsius, sedangkan mud volcano di Grobogan dan Blora mengikuti suhu kamar berkisar 30 derajat celcius hingga 32 derajat celsius.
"Fenomena semburan ibarat erupsi tapi lumpur. Mud volcano menjadi ciri minyak dan gas dan selalu berasosiasi dengan keberadaan migas baik di bawah atau di sekitarnya. Hal ini bisa kita lihat di sebelah barat Kesongo ada lapangan migas produktif, lapangan Gabus milik Pertamina," pungkas Handoko.
Baca juga: Sempat Muntahkan Semburan Lumpur Saat Gempa Tuban, Baby Volcano Grobogan Kini Tak Bergejolak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.