KOMPAS.com - Kue batang buruk adalah kuliner tradisional khas Kepulauan Riau yang populer di daerah Bintan dan Tanjung Pinang.
Kue kering berukuran 3-4 sentimeter ini merupakan kue tradisional yang kerap disajikan pada acara-acara khusus, termasuk saat perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Tidak seperti namanya, kue batang buruk memiliki rasa yang lezat sehingga siapapun yang mencicipinya pasti akan ketagihan.
Baca juga: Nasi Oyek, Kuliner yang Jadi Saksi Perjuangan Jendral Soedirman Ketika Bergerilya
Namanya yang unik membuat orang yang baru mencobanya kerap bertanya mengapa kue tradisional yang lezat ini diberi nama kue batang buruk.
Ternyata asal-usul nama kue batang buruk berasal dari pesan yang disarikan dari legenda setempat, yaitu Kisah Cinta Wan Sendari.
Baca juga: Mangut Beong, Kuliner Khas Magelang yang “Kotos-Kotos”
Bagi masyarakat setempat, kue batang buruk dipercaya muncul sejak ratusan tahun lalu saat Baginda Raja Tua memerintah di Kerajaan Bintan.
Sekitar 450 tahun silam, terjadilah sebuah kisah cinta dari Wan Sendari yang merupakan putri sulung Baginda Raja Tua.
Baca juga: 10 Kuliner Tradisional khas Indonesia Berbahan Pisang
Wan Sendari yang beranjak dewasa ternyata tengah memendam cinta kepada Raja Andak bergelar Panglima Muda Bintan yang pemuda tampan dan pemberani.
Sayangnya, cinta Wan Sendari bertepuk sebelah tangan karena Raja Andak yang diidamkan lebih memilih Wan Inta, adik kandung Wan Sendari.
Wan Sendari kemudian menghabiskan waktu di dapur istana dengan para dayang-dayang untuk menghibur hatinya.
Di dapur itulah Wan Sendari berhasil membuat kue yang unik karena jika digigit akan hancur berderai.
Wan Sendari kemudian meminta ayahandanya agar menyajikan kue buatannya tersebut kepada tamu dan pembesar kerajaan. Namun Baginda Raja Tua menolak permintaan Wan Sendari.
Hingga pada suatu hari, kue buatan Wan Sendari pun dihidangkan saat para tamu dan pejabat kerajaan berkumpul di istana.
Di antara para tamu yang menikmati kue buatan Wan Sendari terdapat pula Raja Andak yang menjadi pujaan hatinya.
Saat para tamu dan pembesar kerajaan mulai mencicipi dan menggigit kue buatan Wan Sendari, seketika mereka merasa malu.