KOMPAS.com - Lima pengungsi rohingya nekat meloncat dan berenang ke darat dengan menggunakan pelampung.
Peristiwa tersebut terjadi saat kapal kayu yang mengangkut ratusan pengungsi ditarik ke laut lepas di kawasan pesisir Kuala Pawon, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Aceh pada Kamis (16/11/2023).
Mereka langsung memberikan salam dengan ucapan "Assalamualaikum".
Dengan bahasa Bangladesh, salah satu dari mereka menceritakan perjalanan dan meminta untuk dizinkan untuk mendarat di kawasan Bireuen.
Baca juga: Saat Pengungsi Rohingya Ditolak Mendarat di Aceh...
Warga kemuduan bersedia menerima lima pria tersebut dengan syarat tidak boleh ditampung di desa untuk mencegah munculnya masalah.
Saat di daratan, Faisal dari UNHCR langsung berkomunikasi dengan para pengungsi tersebit.
Faisal, menyebutkan ada 249 orang di kapal kayu tersebut. Mereka terdiri dari anak anak, wanita serta pria remaja dan dewasa.
Kepada Faisal, pengungsi tersebut mengaku sudah 20 hari di laut dan ,mereka meminta perlindungan.
Faisal kemudian menyampaikan permintaan pengungsi, namun kepala desa atas nama masyarakat tetap menolak mereka turun.
Di sisi lainnya, warga sekitar membantu dengan kembali mengumpulkan sumbangan untuk membeli berbagai kebutuhan, seperti air mineral serta nasi bungkus bagi mereka.
Baca juga: Pengungsi Rohingya Ditolak Saat Hendak Berlabuh di Aceh, Panglima Laot Buka Suara
Namun bantuan sembako berupa beras dan mi instan yang diantar ke kapal oleh warga dibuang ke laut oleh para pengungsi.
"Bantuan itu walaupun sudah terendam air asin, kami ambil kembali," ujar Keuchik Kuala Pawon, Jangka, Mukhtar.
Ia mengatakan para pengungsi boleh mendarat, namun harus langsung dibawa keluar dari Jangka.
"Kami tetap menolak mereka mendarat di sini," ujar Mukhtar kepada perwakilan UNHCR, Faisal.
Sementara itu usaha untuk menarik kapal kayu yang disebut mati mesin tersebut terus dilakukan.