LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com – Seorang murid terlihat sedang dipakaikan seragam oleh gurunya di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Aneuk Nanggroe, Kota Lhokseumawe, Aceh, Rabu (8/11/2023).
Murid lainnya terlihat duduk di kelas, memperhatikan isyarat tangan dari guru. Mereka murid tuna rungu.
Baca juga: Syifa Urrahman, Gadis Penyandang Disabilitas dengan Segudang Prestasi
Sekolah khusus disabilitas ini memiliki seluruh jenjang pendidikan, mulai taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas.
Baca juga: Saat Toni Smash Disabilitas....
Sekolah ini tunduk di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Aceh. Namun, hanya Samhudi, satu-satunya guru dengan status pegawai negeri merangkap kepala sekolah.
Pria asal Solo, Jawa Tengah, ini bertugas di sekolah itu sejak 2017.
”Awalnya seluruh guru di sini mencari murid. Mulai dari tetangga, orang yang dikenal. Kita datangi ke desa-desa, dulu masih ada stigma malu memiliki anak disabilitas,” kata Samhudi saat berbincang dengan Kompas.com di ruang kerjanya.
Ingatan pria paruh baya ini melayang ke peristiwa belasan tahun lalu. Di mana, orangtua sangat malu memiliki anak disabilitas.
“Ada orangtua yang tidak mencatatkan anak disabilitasnya dalam Kartu Keluarga (KK), sebegitu malunya. Pelan-pelan kita ajak bicara, kita tunjukan sekolah, akhirnya mau sekolah,” kata Samhudi.
Pengalaman Samhudi bekerja di sekolah luar biasa dimulai sejak 1994.
Dia lulus pegawai negeri dan ditempatkan di SLB Kota Langsa. Kemudian pada 2017, dia dipindahkan ke SLB Lhokseumawe.
Sekolah itu kini menerima lima jenis disabilitas, yaitu tuna rungu, tuna grahita, tuna netra, tuna daksa, dan autis.
“Paling susah itu autis. Tidak semua guru kami ahli autis. Anak autis itu butuh waktu lama untuk kita ciptakan kepatuhannya dan kontak mata,” terangnya.
Saat ini, ada 142 murid mulai jenjang taman kanak-kanak hingga SMA di sekolah itu. Ada satu kelas hanya diisi oleh satu murid dan satu guru.
Meski dengan segala keterbatasan, para guru di sini mencoba mengajarkan ekstrakurikuler.
Mulai dari tari, menjahit, dan kemampuan mencuci kendaraan agar para murid memiliki kemampuan lain.