PALEMBANG, KOMPAS.com- Kekeringan seluruh kanal yang ada di kawasan wilayah gambut membuat proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan mengalami kendala.
Bahkan, tim pemadaman darat maupun helikopter water bombing harus menempuh jarak beberapa kilometer dari lokasi pemadaman.
Sehingga, membuat api yang membakar lahan kering menjadi cepat membesar.
Baca juga: Kabut Asap Akibat Karhutla Makin Pekat di Riau, Warga Mulai Khawatir
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan M Iqbal Ali Syahbana mengatakan, kebakaran lahan gambut yang berada di kawasan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) harus memakan waktu yang cukup lama karena persediaan air yang telah banyak berkurang karena musim kemarau.
Bahkan, Kabupaten OKI tercatat sudah 71 hari tidak mengalami hujan sehingga persediaan air yang ada di kanal kini sudah mulai mengering.
“Jarak untuk mengambil air dengan lahan yang terbakar ini cukup jauh sehingga memakan waktu. Sementara lokasi yang terbakar adalah gambut ditambah lagi angin kencang sehingga api semakin cepat menyambar dan sulit dipadamkan,”kata Iqbal, melalui sambungan telepon, Sabtu (30/9/2023).
Baca juga: Lagi, Karhutla di Kaltim, 3 Hektare Lahan Dekat Rest Area Tol Balsam Hangus Terbakar
Iqbal menjelaskan, saat ini terdapat lima unit helikopter water bombing yang digunakan untuk melakukan pemadaman.
Tim pemadaman dari udara ini akan dikerahkan bila lokasi kebakaran hutan sulit dijangkau oleh tim darat.
Hanya saja, karena kondisi kekeringan seluruh kanal membuat helikopter water bombing untuk mengambil air menjadi jauh.
“Kalau jarak air dan lokasi kebakarannya dekat bisa sampai puluhan kali di bom air. Namun, karena jauh mungkin sekarang hanya belasan, sehingga untuk padam itu akan sulit,”ujarnya.
Iqbal mengaku bahwa saat ini BPBD Sumatera Selatan bersama Danrem sedang mengkaji untuk meningkatkan status siaga menjadi darurat. Kondisi tersebut akan melihat perkembangan jumlah titik api.
“Sekarang masih disusun, kalau semakin hari semakin ISPU dan hotspot meningkat kami akan segera lapor ke pimpinan untuk peningkatan status,”ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan laporan dari situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Palembang saat ini telah berada di level berbahaya dengan nilai konsentrasi partikulat atau PM 2.5 mencapai 313 Ugram/m3.
Sedangkan pantauan dari satelit NASA-TERRA/AQUA jumlah hotspot di Sumatera Selatan mencapai 56 titik dan fire spot 27 titik yang tersebar di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Lahat, Muara Enim dan Ogan Komering Ilir (OKI).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.