NUNUKAN, KOMPAS.com - Jenazah bayi berusia 3 bulan asal Desa Wa'Yagung, dataran tinggi Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara, terkendala akses pulang karena banjir yang terjadi di wilayah perbatasan RI-Malaysia ini dalam sepekan terakhir.
Bayi bernama Gelin tersebut, akhirnya dimasukkan dalam drum air 200 liter yang dilubangi demi memudahkan orangtuanya membawanya melewati genangan banjir.
"Bayinya dimasukkan drum yang biasanya kalau di Krayan, dipakai untuk menyimpan padi selesai panen. Drum dipakai sebagai perahu agar jenazah bayi mudah dibawa dan lebih aman melewati banjir," ujar warga Krayan, yang menyaksikan proses pemulangan jenazah bayi Gelin, Novliana, Kamis (21/9/2023).
Baca juga: Jalan Lingkar di Krayan Kaltara Rusak Parah, Krayan Selatan Semakin Terisolir
Novliana menuturkan, bayi Gelin, menderita sakit yang mengharuskannya dibawa ke rumah sakit yang ada di Kota Tarakan.
Namun, si bayi akhirnya meninggal dunia, dan diterbangkan kembali ke Krayan, menggunakan pesawat militer, yang kebetulan sedang ada misi penerbangan ke Krayan.
"Jenazahnya tiba sekitar pukul 19.00 Wita, dan akan langsung dibawa pulang ke Wa'Yagung, tapi jembatan Long Umung di Krayan Timur yang harus dilewati, terendam banjir. Akhirnya bermalam di Long Umung," tuturnya.
Untuk menuju Wa'Yagung, dari pusat kota Krayan, dibutuhkan waktu sekitar 6 jam berjalan kaki, dan melewati sejumlah jembatan.
Desa tersebut, berada di kedalaman hutan Krayan, dengan akses sulit dan terbatas.
Jika dulu untuk masuk Wa'Yagung hanya bisa dengan berjalan kaki dengan menembus tanaman penuh lintah daun, saat ini, akses ke Wa'Yagung sudah bisa dilewati menggunakan sepeda motor, jika cuaca cerah.
Baca juga: Kecewa Harga Rumput Laut Tak Kunjung Naik, Sejumlah Pemukat di Nunukan Buang Rumput Laut
"Biasa kalau cuaca cerah, kita pakai motor bayar Rp 200.000 sampai Rp 300.000. Tapi sekarang musim hujan, paling jalan kali dan sesekali naik perahu kalau harus menyeberangi jembatan," imbuhnya.
Kondisi bayi Gelin, kata Novliana, membuat warga Krayan prihatin dan miris.
Sejumlah warga, pagi ini saling bantu untuk memudahkan kepulangan jenazah bayi mungil Gelin.
Novliana berharap, gambaran dari kasus bayi Gelin, bisa menjadi perhatian khusus untuk mempercepat pembangunan di wilayah perbatasan.
Baca juga: Video Perjalanan Menembus Krayan, Wilayah Terdepan NKRI yang Terisolir
"Setidaknya ada bantuan perahu karet agar kasus seperti bayi Gelin tidak perlu terjadi," kata dia.
Sampai hari ini, Krayan yang menjadi wilayah terisolir dan berbatasan darat langsung dengan Malaysia ini, masih sebuah wilayah yang hanya bisa dijangkau dengan pesawat terbang perintis.
"Kami terus berharap pembangunan dari pinggiran bisa dirasakan. Mohon pembangunan Krayan diperhatikan oleh semua, baik pemerintah daerah ataupun pusat," harap Novliana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.