MALANG, KOMPAS.com - Sejumlah ekosistem tumbuhan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) rusak akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) selama 10 hari, sejak Rabu (6/9/2023).
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Prof Dr Satyawan Pudyatmoko mengatakan, beberapa ekosistem tumbuhan yang terdampak itu, selain alang-alang dan cemara hutan, di antaranya akasia dekuren dan kemlanding gunung.
"Total lahan yang terbakar diperkirakan mencapai 504 hektar," ungkap Satyawan, dalam kunjungannya di kawasan TNBTS, Jumat (15/9/2023).
Untuk mengembalikan ekosistem itu, Setyawan optimistis ketika hujan turun, rumput-rumput akan kembali tumbuh dengan cepat.
Baca juga: Calon Pengantin Pria: Kami Sudah Berusaha Padamkan Kebakaran Bromo dengan Air Mineral 5 Botol
"Mungkin untuk pepohonan, seperti cemara hutan ini yang agak lama," ungkap dia.
Dia mencontohkan pada erupsi Gunung Merapi Yogyakarta pada tahun 2010 lalu, menyebabkan hutan tertimbun lahar panas hingga menjadi padang pasir.
Namun, pasca hujan sering turun, akasia dekuren tumbuh kembali.
"Erupsi merapi itu justru lebih hebat dari kebakaran di Bromo ini. Jadi, saya yakin, akasia dekuren di sini juga bisa lebih cepat tumbuh, beberapa waktu setelah kebakaran ini," tutur dia.
Terlebih menurut Setyawan, karhutla yang terjadi di kawasan TNBTS adalah jenis kebakaran permukaan (surfice fire) yang tidak menyebabkan organisme renik di dalamnya mati.
"Jadi, karhutla itu ada tiga macam: kebakaran permukaan (surfice fire), kebakaran dalam tanah (ground fire), dan kebakaran tajuk (crown fire). Nah, di Bromo ini masuk jenis kebakaran permukaan, sehingga ekosistemnya relatif masih aman," tutur dia.
Baca juga: Calon Pengantin Terkait Kebakaran Bromo Minta Maaf kepada Masyarakat
"Nanti kalau hujan akan tumbuh lagi," imbuh dia.
Sementara kerugian ekologi akibat karhutla TNBTS, menurut Setyawan di antaranya hilangnya beberapa habitat asli gunung Bromo.
Seperti sarang binatang dan tumpukan semak belukar yang bisa berfungsi mencegah erosi saat terjadi hujan.
"Ada banyak jenis binatang yang hidup dan bersarang di Bromo ini. Sehingga akibat kebakaran bisa binatang itu pastinya terganggu," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.