BANJARNEGARA, KOMPAS.com - Sedimentasi akibat kerusakan lingkungan di daerah aliran sungai (DAS) Serayu semakin nyata.
Jutaan meter kubik material tanah terbawa dan menjadi sedimen di Waduk Mrica, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Salah satu pemicu sedimentasi itu adalah banyaknya alih fungsi lahan di hulu Sungai Serayu di pegunungan Dieng menjadi area pertanian kentang.
Baca juga: Kisah Andri Setiawan Asal Lampung Selatan yang Jual Kambing agar Bisa Kuliah
Untuk itu, langkah kecil mulai dilakukan sekelompok masyarakat di hulu untuk mencegah sedimentasi yang lebih parah di sungai yang melintasi Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap ini.
Salah satunya di Muhammadiyah Boarding School (MBS) Wanayasa, Banjarnegara. Sejak beberapa bulan terakhir, di lokasi itu dikembangkan budidaya kambing perah.
Harapannya, budidaya kambing perah ini ke depan dapat menjadi penopang utama ekonomi masyarakat setempat, menggantikan pertanian kentang.
"Di Waduk Mrica sedimentasi luar biasa, maka salah satu caranya adalah dengan mengalihkan pertanian kentang," ucap Direktur MBS kepada wartawan, pekan lalu.
Menurut Wahyudin, budidaya kambing perah dapat menjadi salah satu alternatif bagi para petani kentang yang alih profesi karena hasilnya cukup menjanjikan.
"Yang paling cepat adalah kambing perah, setiap hamil sekitar lima bulan, kemudian setelah melahirkan dapat dimanfaatkan susunya," kata Wahyudin.
Baca juga: Menengok Kandang Kambing Mewah Rp 400 Juta Milik Warga Tuban
Di MBS saat ini ada 42 ekor kambing dari semula 32 ekor kambing bantuan dari Lazizmu. Adapun jenis kambing yang dibudidayakan di antaranya saren dan randu jawa.
Menurut Wahyudin, saat ini produksi susu memang belum banyak. Setiap hari rata-rata baru menghasilkan dua liter susu.
Namun di akhir tahun ini produksi susu dipastikan akan mulai meningkat karena banyak kambing yang akan melahirkan.
"Sekarang susu kami jual langsung dan sebagian diolah. Ada pabrik yang rutin ambil dengan harga Rp 15.000-18.000 per liter, ada juga yang dijual eceran Rp 30.000 per liter," ujar Wahyudin.
Ponpes juga mengolah sebagian susu kambing menjadi produk minuman siap saji kemasan 100 mililiter dan puding.
Selain olahan susu, kotoran kambing perah juga dimanfaatkan untuk biogas dan pupuk sayuran organik yang dikembangan di area tersebut.