Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budidaya Kambing Perah, Langkah Kecil Hentikan Sedimentasi di Hulu Sungai Serayu

Kompas.com - 12/09/2023, 17:06 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Khairina

Tim Redaksi

BANJARNEGARA, KOMPAS.com - Sedimentasi akibat kerusakan lingkungan di daerah aliran sungai (DAS) Serayu semakin nyata.

Jutaan meter kubik material tanah terbawa dan menjadi sedimen di Waduk Mrica, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Salah satu pemicu sedimentasi itu adalah banyaknya alih fungsi lahan di hulu Sungai Serayu di pegunungan Dieng menjadi area pertanian kentang.

Baca juga: Kisah Andri Setiawan Asal Lampung Selatan yang Jual Kambing agar Bisa Kuliah

Untuk itu, langkah kecil mulai dilakukan sekelompok masyarakat di hulu untuk mencegah sedimentasi yang lebih parah di sungai yang melintasi Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap ini.

Salah satunya di Muhammadiyah Boarding School (MBS) Wanayasa, Banjarnegara. Sejak beberapa bulan terakhir, di lokasi itu dikembangkan budidaya kambing perah.

Harapannya, budidaya kambing perah ini ke depan dapat menjadi penopang utama ekonomi masyarakat setempat, menggantikan pertanian kentang.

"Di Waduk Mrica sedimentasi luar biasa, maka salah satu caranya adalah dengan mengalihkan pertanian kentang," ucap Direktur MBS kepada wartawan, pekan lalu.

Menurut Wahyudin, budidaya kambing perah dapat menjadi salah satu alternatif bagi para petani kentang yang alih profesi karena hasilnya cukup menjanjikan.

"Yang paling cepat adalah kambing perah, setiap hamil sekitar lima bulan, kemudian setelah melahirkan dapat dimanfaatkan susunya," kata Wahyudin.

Baca juga: Menengok Kandang Kambing Mewah Rp 400 Juta Milik Warga Tuban

Di MBS saat ini ada 42 ekor kambing dari semula 32 ekor kambing bantuan dari Lazizmu. Adapun jenis kambing yang dibudidayakan di antaranya saren dan randu jawa.

Menurut Wahyudin, saat ini produksi susu memang belum banyak. Setiap hari rata-rata baru menghasilkan dua liter susu.

Namun di akhir tahun ini produksi susu dipastikan akan mulai meningkat karena banyak kambing yang akan melahirkan.

"Sekarang susu kami jual langsung dan sebagian diolah. Ada pabrik yang rutin ambil dengan harga Rp 15.000-18.000 per liter, ada juga yang dijual eceran Rp 30.000 per liter," ujar Wahyudin.


Ponpes juga mengolah sebagian susu kambing menjadi produk minuman siap saji kemasan 100 mililiter dan puding.

Selain olahan susu, kotoran kambing perah juga dimanfaatkan untuk biogas dan pupuk sayuran organik yang dikembangan di area tersebut.

"Biogas saat ini baru dimanfaatkan untuk tiga kompor, yaitu di dapur, di kandang kambing dan sekretariat putra," kata Wahyudin.

Wahyudin mengatakan, keberadaan kambing perah ini juga sekaligus menjadi laboratorium lapangan bagi para santri untuk belajar berwirausaha.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto Rony Hartawan mengatakan, budidaya kambing perah itu merupakan kolaborasi BI, Serayu Network dan Lazizmu.

Menurut Rony, tidak mudah mengubah masyarakat yang selama bertahun-tahun menggantungkan perekonomian dari pertanian kentang.

"Jadi kami mencoba mencari prototipe jenis bisnis lain yang hasilnya tidak jauh berbeda dengan pertanian kentang, yaitu kambing perah," kata Rony.

Rony mengatakan, pihaknya berupaya membangun ekosistem ekonomi hijau, karena ke depan akan menjadi salah satu sumber perekonomian baru.

"Serayu Network sudah menanam kaliandra di pinggiran sungai untuk pakan ternak. Nanti susu kambingnya bisa dipakai untuk pencegahan stunting," ujar Rony.

Lokasi itu dipilih sebagai tempat budi daya kambing perah karena memiliki lahan yang memadai.

"Dari sini ada pengembangan macam-macam. Ultimate golnya adalah untuk menyelamatkan lingkungan," ujar Rony.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sopir Bus Kecelakaan Maut di Subang Belum Diinterogasi, Polisi: Masih Sakit

Sopir Bus Kecelakaan Maut di Subang Belum Diinterogasi, Polisi: Masih Sakit

Regional
Warga Blora Temukan Bayi di Luar Rumah dengan Surat 'Jaga Anak Ini dengan Baik'

Warga Blora Temukan Bayi di Luar Rumah dengan Surat "Jaga Anak Ini dengan Baik"

Regional
Belasan Rumah Warga di Bangka Belitung Jebol Diterjang Puting Beliung

Belasan Rumah Warga di Bangka Belitung Jebol Diterjang Puting Beliung

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik, Gubernur Sumbar Nyaris Jadi Korban

Longsor di Sitinjau Lauik, Gubernur Sumbar Nyaris Jadi Korban

Regional
Kambing yang Dicuri Pemberian Dedi Mulyadi, Muhyani: Saya Minta Maaf

Kambing yang Dicuri Pemberian Dedi Mulyadi, Muhyani: Saya Minta Maaf

Regional
Mensos Risma Robohkan Rumah yang Dihuni Bocah yang Lumpuh

Mensos Risma Robohkan Rumah yang Dihuni Bocah yang Lumpuh

Regional
Gunung Ile Lewotolok NTT Alami 120 Kali Gempa Embusan dalam 6 Jam

Gunung Ile Lewotolok NTT Alami 120 Kali Gempa Embusan dalam 6 Jam

Regional
Hanya Berselang 2 Jam, Sungai Bogowonto Kembali Makan Korban Jiwa

Hanya Berselang 2 Jam, Sungai Bogowonto Kembali Makan Korban Jiwa

Regional
352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

Regional
360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

Regional
Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Regional
Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Regional
Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Regional
Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Regional
Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com