KOMPAS.com - Ada sejumlah upacara adat Aceh yang masih berlangsung hingga saat ini.
Upacara adat Aceh biasanya dilakukan dalam perayaan-perayaan tertentu sebagai ungkapan rasa syukur.
Keberadaan upacara adat tersebut menjadi ciri khas daerah, tak terkecuali Aceh.
Berikut ini sejumlah upacara adat Aceh yang masih dilakukan hingga saat ini.
Upacara Peusijuek sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas harapan yang telah tercapai.
Peusijuek adalah upacara adat yang biasa dilakukan pada saat pernikahan, pergi menuntut ilmu, naik haji, naik pangkat, memiliki rumah baru, memiliki kendaraan baru, dan lain sebagainya.
Upacara adat Peusijuek dipimpin oleh tokoh agama atau tokoh adatsetempat. Tokoh tersebut akan memimpin doa-doa keselamatan dan kesejahteraan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Para tokoh ini merupakan sosok yang dihormati, mereka dapat laki-laki mmaupun perempuan.
Baca juga: Upacara Adat Peusijuek: Sejarah, Tujuan, dan Tata Cara
Meugang atau makmeugang adalah upacara adat berupa tradisi memasak daging dan menikmati bersama keluarga.
Banyak ragam masakan untuk upcara adat tersebut.
Upacara adat meugang biasanya diawali dengan pemotongan kerbau atau kambing. Sebagian masyarakat juga dapat membeli daging untuk memenuhi tradisi tersebut.
Sejarah meugang telah dilakukan sejak Kesultanan Aceh, yakni pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Sultan mengadakan acara pemotongan hewan ternak dalam jumlah banyak untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
Tujuan meugang pada saat itu sebagai rasa syukur dan terima kasih atas kemakmuran Aceh.
Meugang saat ini digunakan untuk menyambut hari-hari besar umat Islam, seperti satu hari sebelum Ramadan (meugang puasa), hari terakhir berpuasa atau sebelum hari raya Idul Fitri (meugang uroe raya puasa), dan sehari sebelum Idul Adha (meugang uroe raya haji)