Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Dusun Wangon Brebes, Tak Miliki Sumur, Terpaksa Gunakan Air Keruh untuk Keperluan Sehari-hari

Kompas.com - 27/06/2023, 06:00 WIB
Tresno Setiadi,
Khairina

Tim Redaksi

BREBES, KOMPAS.com - Sejumlah warga di Dusun Wangon, Desa Kubangsari, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah terpaksa menggunakan air keruh dari sebuah irigasi untuk kebutuhan rumah tangga.

Tak memiliki sumur, hingga debit mata air sumur bor menyusut di tengah musim kemarau membuat warga harus mengendapkan air keruh 3-5 hari agar bisa digunakan.

Warga Dusun Wangon, Desa Kubangsari, Manis (65) mengaku untuk bisa menggunakan dari instalasi air irigasi milik desa perlu diendapkan dalam drum mulai dari 3 hingga 5 hari karena keruh.

"Perlu didiamkan sampai bening baru bisa digunakan. Untuk jaga-jaga saya pakai 6 drum biar tidak sampai kehabisan," kata Manis kepada wartawan di Dusun Wangon, Senin (26/6/2023).

Baca juga: Kekeringan dan Krisis Air Bersih Meluas di Semarang, Kini Ada 4 RW yang Butuh Bantuan Air Bersih

Warga lainnya, Tarwad (54) menyebut setiap warga harus membayar untuk dapat air dari instalasi desa yaitu Rp 5.000 untuk 1.000 liter air.

"Dalam sebulan kalau musim kemarau sampai Rp 100.000. Tapi kalau pas musim hujan paling besar Rp 70 ribu. Satu kubik bayar Rp 5.000," ucap Tarwad.

Perangkat Desa Kubangsari, Ketanggungan, Erik Setiawan mengungkapkan Dusun Wangon memang tidak memiliki sumber air dan hampir semua rumah warga di dusun itu tidak memiliki sumur.

"Bahkan untuk keperluan konsumsi dan mandi, warga mengandalkan air hujan yang ditampung, dan kiriman air dari sumur bor yang berada di luar desa," kata Erik.

Erik menyebut jarak antara Dusun Wangon dan lokasi sumur bor lebih dari 2 kilometer. Air dari sumur bor itu kemudian disalurkan melalui pipa panjang hingga ke rumah warga.

Baca juga: Kekeringan Sudah Melanda Semarang, Warga Harus Antre Setiap Hari untuk Mendapat Air Bersih di Masjid

Sementara ketika musim hujan, tak sedikit warga menampung air yang jatuh dari langit ke tempat penampungan di setiap rumah.

Setelah diendapkan sekitar tiga hari, warga memanfaatkan air itu untuk semua keperluan seperti mencuci, mandi, bahkan konsumsi.

Saat musim kemarau tiba, seperti biasa warga kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan pasokan dari sumur bor yang dialirkan ke pipa debit airnya kini sedang menyusut.

Alhasil untuk memenuhi kebutuhan air, warga membuat instalasi resapan yang menggunakan air irigasi. Namun karena keruh, warga kerap mengeluh.

Bahkan air resapan debitnya tidak menentu tergantung ketersediaan dari sumber irigasi. Saat irigasi susut, pasokan ikut berkurang. Air yang sedikit itu tidak cukup untuk kebutuhan sekitar 2.000 warga di dusun itu.

"Memang ada beberapa sumber, tapi kalau kemarau debitnya mengecil. Tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan warga sekitar 2000 orang," kata Erik.


Selama musim kemarau, warga lebih sedikit mendapat pasokan dari irigasi. Oleh karena itu, tidak sedikit warga yang mampu secara ekonomi lebih memilih membeli air dari pedagang keliling.

"Kalau orang golongan mampu banyak yang beli. Tapi yang ekonominya pas-pasan lebih suka mengendapkan air yang keruh itu. Karena saat kemarau ini mereka lebih banyak dapat pasokan dari sumber irigasi," pungkas Erik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Buruh Bangunan di Ambon Dibacok OTK Saat Mencari Sang Anak

Buruh Bangunan di Ambon Dibacok OTK Saat Mencari Sang Anak

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Biksu Thudong Tiba di Kelenteng Magelang Minggu Sore

Biksu Thudong Tiba di Kelenteng Magelang Minggu Sore

Regional
[POPULER REGIONAL] Di Balik Kedatangan Elon Musk di Bali | Curhat Remaja Korban Teror Foto Mesum

[POPULER REGIONAL] Di Balik Kedatangan Elon Musk di Bali | Curhat Remaja Korban Teror Foto Mesum

Regional
Hari Kebangkitan Nasional: Sejarah, Latar Belakang, Tokoh, dan Makna

Hari Kebangkitan Nasional: Sejarah, Latar Belakang, Tokoh, dan Makna

Regional
Kronologi Kasus Penganiayaan Pemuda hingga Tewas di Tarakan, Awalnya Korban Dilaporkan Kecelakaan Sepeda

Kronologi Kasus Penganiayaan Pemuda hingga Tewas di Tarakan, Awalnya Korban Dilaporkan Kecelakaan Sepeda

Regional
Instruktur Pilot Korban Pesawat Jatuh di BSD Dimakamkan Besok di Semarang

Instruktur Pilot Korban Pesawat Jatuh di BSD Dimakamkan Besok di Semarang

Regional
Pemuda di Gresik Tewas Usai Motor yang Dikendarainya Menabrak Truk

Pemuda di Gresik Tewas Usai Motor yang Dikendarainya Menabrak Truk

Regional
Banjir Kepulauan Aru, 150 Rumah Terendam, Warga Mengungsi

Banjir Kepulauan Aru, 150 Rumah Terendam, Warga Mengungsi

Regional
Peringati 'Mayday 2024', Wabup Blora Minta Para Pekerja Tingkatkan Kompetensi dan Daya Saing

Peringati "Mayday 2024", Wabup Blora Minta Para Pekerja Tingkatkan Kompetensi dan Daya Saing

Regional
Dinkes Periksa Sampel Makanan Penyebab Keracunan Massal di Brebes

Dinkes Periksa Sampel Makanan Penyebab Keracunan Massal di Brebes

Regional
Viral Pernikahan Sesama Jenis di Halmahera Selatan, Mempelai Perempuan Ternyata Laki-laki

Viral Pernikahan Sesama Jenis di Halmahera Selatan, Mempelai Perempuan Ternyata Laki-laki

Regional
Paman Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Entah Kenapa Hari Ini Ingin Kontak Pulu

Paman Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Entah Kenapa Hari Ini Ingin Kontak Pulu

Regional
Presiden Jokowi Undang Danny Pomanto untuk Jamu Tamu Peserta World Water Forum 2024 di Bali

Presiden Jokowi Undang Danny Pomanto untuk Jamu Tamu Peserta World Water Forum 2024 di Bali

Regional
Pesawat Latih Jatuh di BSD, Saksi: Saat 'Take Off' Cuacanya Normal

Pesawat Latih Jatuh di BSD, Saksi: Saat "Take Off" Cuacanya Normal

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com