MIMIKA, KOMPAS.com - Total 10 warga tewas saat kericuhan terjadi di Sinakma, Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, Kamis (23/2/2023) siang.
Di antara para korban tewas, terdapaat dua orang yang ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa dengan tubuh bagian belakang mengalami luka-luka senjata tajam.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo menjelaskan, kedua korban adalah AR dan RS yang diyakini adalah warga yang mencoba melarikan diri di saat massa melakukan aksi perusakan dan pembakaran.
Baca juga: Isu Penculikan Anak Berujung 10 Orang Tewas di Wamena...
"Pasca massa perusuh melakukan pembakaran terhadap 13 Ruko serta dua rumah warga, mereka juga menyerang kedua orang warga tersebut dimana mereka meninggal dunia karena luka akibat anak panah dan benda tajam," ujarnya di Mimika, Jumat (24/2/2023).
Jenazah kedua koirban tersebut kini sudah diterbangkan ke kampung halamannya di Sumatera Utara.
Selain itu, Benny menyebutkan, total ada 23 warga yang diduga merupakan massa yang melakukan aksi anarkistis, mengalami luka-luka, sembilan di antaranya sudah dipulangkan ke rumah.
Sementara hingga Jumat malam, ada 14 warga yang masih dirawat di RSUD Wamena.
Peristiwa kericuhan bermula ketika warga menghentikan sebuah mobil yang digunakan untuk berjualan, di Sinakma, Kamis (23/2/2023) siang. Dua orang yang ada di dalam kendaraan tersebut dituduh menculik seorang anak.
Kapolres Jayawijaya yang mendapat laporan tersebut kemudian tiba di lokasi untuk mengendalikan situasi. Ajakan Kapolres untuk menyelesaikan masalah di Kantor Polres Jayawijaya sempat diterima, namun tiba-tiba muncul sekelompok warga yang melakukan provokasi dan kemudian melakukan aksi anarkis.
Tidak hanya berusaha menyerang dua warga yang dituduh menculik anak, massa juga menyerang aparat keamanan yang ada di lokasi.
Baca juga: Ricuh karena Isu Penculikan Anak Pecah di Jayawijaya, 9 Tewas dan 6 Terluka
Peringatan yang diberikan oleh Polisi pun tidak dihiraukan massa yang terus berusaha menyerang aparat keamanan dan kendaraan yang ada di lokasi kejadian.
Akibatnya aparat terpaksa melepaskan tembakan untuk membubarkan massa yang terus bersikap anarkis dan melakukan pembakaran bangunan.
Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri mengatakan, kerusuhan dipicu hoaks penculikan anak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.