Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Pak Guru Andi Rumrar, Mengajar Anak-anak Suku Wano di Pedalaman Papua

Kompas.com - 12/11/2022, 20:00 WIB
Roberthus Yewen,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

JAYAPURA, KOMPAS.com - Seorang guru bernama Andi Imanuel Rumrar mengabdikan diri mendidik anak-anak di Suku Wano, Kampung Mokondoma atau Kampung Kodudumo, Distrik Lumo, Kabupaten Puncak Jaya.

Andi bersama rekannya, Paska Mirino, merupakan salah satu pahlawan pendidikan bagi anak-anak di pedalaman Provinsi Papua itu.

Lewat Yayasan Pendidikan Harapan Papua, Andi mulai membuka sekolah di Kampung Mokondoma pada Juli 2019. Sekolah pertama di Kampung Mokondoma itu diberi nama Lentera Harapan Papua.

"Ini merupakan sekolah pertama di suku itu dan untuk menjangkau beberapa suku-suku di sekitarnya, bahkan ada orangtua yang rela jalan satu minggu untuk sekolahkan anaknya di sekolah yang kami dirikan," kata Pak Guru Wano, sapaan akrab yang diberikan masyarakat setempat kepada Andi.

Kampung Mokondoma berada di salah satu wilayah terpencil Kabupaten Puncak Jaya. Tak ada transportasi darat menuju Kampung Mokondoma.

Wilayah itu bisa dijangkau menggunakan transportasi udara, tetapi penerbangan menuju Mokondomo hanya tiga atau enam bulan sekali.

Pesawat yang bisa mendarat di Bandara Kondudumo hanya helikopter dan pesawat kecil milik MAAF dan YAJASI. Pilot yang bisa mendaratkan pesawat di Bandara Kondudumo juga terbatas, hanya tiga sampai empat orang.

Bandara Kondudumo berada di ketinggian 7.000 kaki di atas permukaan laut. Selain itu, terdapat sebuah gunung yang menjulang tinggi di dekat bandara sehingga membuat pendaratan begitu sulit.

Sebelum membuka sekolah di Mokondoma, Andi yang merupakan lulusan Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta 2017 itu mengajar selama dua tahun di Sekolah Lentera Harapan Mamit di Kabupaten Tolikara.

Baca juga: Data Regsosek di Papua Masih 44,2 Persen, BPS Terkendala Kondisi Geografis dan Keamanan

Andi menceritakan, sebelumnya sudah ada misionaris yang menerjemahkan Alkitab di Mokondoma. Namun, misionaris itu tak bisa menyentuh ranah pendidikan dan sekolah, padahal anak-anak butuh pendidikan.

Misionaris itu akhirnya meminta Yayasan Pendidikan Harapan Papua untuk membuka sekolah di kampung tersebut.

Mengajar dengan penerjemah

Kampung Mokondoma merupakan salah satu wilayah yang terisolasi. Warga sekitar masih sulit berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, Andi harus menggunakan penerjemah untuk mengajar anak-anak di kampung itu.

Hal itu menjadi beban tersendiri untuk mengajar anak-anak di Kampung Mokondoma. Apalagi, sekolah yang dibukanya merupakan yang pertama di wilayah itu.

Awalnya, Andi mulai mengajarkan bahasa Indonesia kepada anak-anak di Kampung Mokondoma. Dua warga lokal yang sudah fasih berbahasa Indonesia, Jeni dan Liku, membantu Andi menerjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa daerah.


Setidaknya, butuh waktu enam bulan untuk mengajarkan bahasa kepada anak-anak di kampung tersebut. Meski begitu, Andi tak pernah kendor memberikan pendidikan berkualitas kepada siswa di Mokondoma.

Menurutnya, ada tiga siswa kelas dua sekolah dasar (SD) yang sudah bisa berbahasa Indonesia. Dari tiga orang itu, ada satu siswa yang sudah fasih dan menjadi penerjemah di kelas.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

WNI asal Cirebon Diduga Tewas Ditusuk di Daegu Korea Selatan

WNI asal Cirebon Diduga Tewas Ditusuk di Daegu Korea Selatan

Regional
Sebanyak 4 Orang Jemaah Haji Asal DI Yogyakarta Berumur di Bawah 20 Tahun Akan Berangkat Tahun Ini

Sebanyak 4 Orang Jemaah Haji Asal DI Yogyakarta Berumur di Bawah 20 Tahun Akan Berangkat Tahun Ini

Regional
Siswi SD di Ambon Jadi Korban Pengeroyokan Sesama Temannya hingga Sesak Napas

Siswi SD di Ambon Jadi Korban Pengeroyokan Sesama Temannya hingga Sesak Napas

Regional
Tinjau Proyek Penanganan Longsor Bengawan Solo, Kepala Dinas PUPR Blora: Targetnya Selesai Akhir Bulan

Tinjau Proyek Penanganan Longsor Bengawan Solo, Kepala Dinas PUPR Blora: Targetnya Selesai Akhir Bulan

Regional
Bayi Laki-laki Ditemukan di Dalam Ember, Ada Surat Isinya Titip Anak

Bayi Laki-laki Ditemukan di Dalam Ember, Ada Surat Isinya Titip Anak

Regional
Vonis Ditunda, Selebgram Adelia Tutupi Wajah Pakai Map Hindari Kamera

Vonis Ditunda, Selebgram Adelia Tutupi Wajah Pakai Map Hindari Kamera

Regional
Hari Keempat Banjir Luwu, Tim SAR Masih Cari Satu Korban Hilang dan Evakuasi 8 Warga

Hari Keempat Banjir Luwu, Tim SAR Masih Cari Satu Korban Hilang dan Evakuasi 8 Warga

Regional
TNI AL Gagalkan Penyelundupan Benih Lobster Rp 15 Miliar ke Singapura

TNI AL Gagalkan Penyelundupan Benih Lobster Rp 15 Miliar ke Singapura

Regional
Dendam Ibu Disebut Dukun Santet, Pria di Ciamis Aniaya Tetangga, Satu Tewas

Dendam Ibu Disebut Dukun Santet, Pria di Ciamis Aniaya Tetangga, Satu Tewas

Regional
Dapat 17 Kursi, PDI-P Kuasai DPRD Kota Semarang

Dapat 17 Kursi, PDI-P Kuasai DPRD Kota Semarang

Regional
Jika BIM Terdampak Erupsi Marapi, Apa Solusi Penerbangan Haji Sumbar?

Jika BIM Terdampak Erupsi Marapi, Apa Solusi Penerbangan Haji Sumbar?

Regional
Polisi Tangkap 2 Pembunuh Mahasiswa di Sorong

Polisi Tangkap 2 Pembunuh Mahasiswa di Sorong

Regional
Mengenang Jembatan Ngembik Magelang Sebelum Dibongkar, Uji Adrenalin sampai Swafoto

Mengenang Jembatan Ngembik Magelang Sebelum Dibongkar, Uji Adrenalin sampai Swafoto

Regional
Pilkada Ende, Calon Independen Wajib Kantongi 21.101 Dukungan

Pilkada Ende, Calon Independen Wajib Kantongi 21.101 Dukungan

Regional
Pernah Panah Anggota TNI, Anggota OPM Kodap IV Sorong Kini Kembali ke NKRI

Pernah Panah Anggota TNI, Anggota OPM Kodap IV Sorong Kini Kembali ke NKRI

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com